Jumat 13 Jul 2018 14:23 WIB

Menu Gizi Rumah Sakit Harus Bergaya Restoran

Makanan yang baik itu tidak hanya indera pengecap saja yang dimanjakan.

Workshop gizi bertema 'Sajian Kreatif Makanan Halal Rumah Sakit Ala Chef'.
Foto: Dokumen.
Workshop gizi bertema 'Sajian Kreatif Makanan Halal Rumah Sakit Ala Chef'.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Selera makan orang sakit biasanya menurun. Kerap kali, orang sakit yang dirawat di rumah sakit tidak menyentuh makanan yang disediakan oleh petugas gizi rumah sakit.

Karenanya, perlu cara pengolahan yang berbeda agar makanan yang disajikan oleh pasien tidak hanya benar-benar mampu mendukung kesembuhannya tapi juga menggugah selera makannya.

Direktur RS Islam Yogyakarta PDHI, dr Widodo Wirawan, menyampaikan hal itu dalam membuka workshop gizi bertema 'Sajian Kreatif Makanan Halal Rumah Sakit Ala Chef', di gedung pertemuan setempat, Kamis (12/7). Workshop yang diperuntukkan untuk Unit Gizi RS Islam Yogyakarta PDHI ini menghadirkan Ketua Asosiasi Chef Halal Indonesia (ACHI) R Muhammad Suherman (Chef Herman Kemang).

Pada kesempatan itu, Chef Herman mengamini bahwa orang sakit biasanya memang tidak mau makan karena selera makannya menurun. Untuk menggugah selera makannya, makanan yang disajikan selain bergizi juga harus menarik.

“Jika kita ingin pasien merasa makan tidak seperti di rumah sakit maka sebaiknya tidak disajikan dengan gaya rumah sakit, tapi dengan gaya hotel/restoran. Termasuk alat sajinya,” katanya.

Lebih lanjut, Chef Herman menjelaskan bahwa konsep dalam menyusun menu makanan  harus ada estetikanya. Di mana estetika itu harus dapat mewakili semua indera, terutama indra pengecap, penglihatan, dan penciuman. “Makanan yang baik itu tidak hanya indera pengecap saja yang dimanjakan, namun juga enak dilihat dan dicium baunya,” ujarnya.

Ia kemudian menjelaskan tiga kunci dalam penyajian makanan. Pertama, memiliki persiapan dan teknik memasak yang bagus. Dalam persiapan memasak, setiap bagian yang akan dimasak harus dipotong secara seragam ukurannya.

Selain untuk keindahan, pemotongan yang seragam dapat membuat makanan yang dimasak memiliki tingkat kematangan yang sama. Begitu juga dalam teknik memasak, tingkat kematangan harus benar. “Jangan under cook atau over cook di beberapa jenis menu,” kata dia, dalam siaran pers.

Kedua, biasakan kerja secara profesional. Menurut Chef Herman, membiasakan memasak secara profesional itu penting karena memasak adalah juga pekerja seni. Bagaimana ia memilih dan menata menu makanan secara baik dan indah.

Mereka (para chef) akan memastikan semua terlihat indah sampai ke sidik jari pun tidak boleh menempel di piring. “Karena hanya para pekerja profesionalah yang punya kebanggaan atas karya yang mereka hidangkan,” jelasnya.

Ketiga, visual sense atau bentuk hidangan. Menurut Chef Herman, inilah aspek utama dalam penyajian makanan yang menarik atau menggugah selera makan. Di mana penyajian hidangan tidak hanya rapi dan efektif, namun bagaimana mengerti keseimbangan peletakan makanan.

“Karenanya, dalam memvisualkan makanan itu kita perlu melihat aspek keseimbangan, warna, dan tekstur dari jenis makanan itu sendiri,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement