REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebiasaan ini bisa terjadi di mana saja dan oleh siapa saja. Mungkin Anda sedang menunggu di ruang tunggu dokter, kemudian tanpa disadari Anda memasukkan jari-jari ke mulut dan mulai menggerogoti kuku-kuku Anda.
Peneliti Institute of Mental Health di Montreal, Kieron O'Connor mengatakan orang-orang mengira mereka menggigiti kuku ketika sedang stres, namun jawaban sesungguhnya tak sesederhana itu. Orang juga akan menggigiti kukunya ketika merasa bosan dan sendirian.
"Menggigiti kuku terasa nyaman bagi banyak orang. Hal yang sama terjadi ketika si penggigit kuku merasa ada kondisi yang menekannya, ketika mereka terbayang kejadian di masa lalu yang membuatnya malu. Dalam banyak kasus, menggigit kuku bisa mengatur suasana hati, yaitu mengalihkan perhatian atau memberi stimulasi saat perasaan tertentu muncul," kata O'Connor, dilansir dari Mental Floss, Jumat (13/7).
Baca juga: Makanan Penangkal Penyakit Kanker
Penelitian O'Connor menemukan kebiasaan menggigit kuku justru lebih sering terjadi pada mereka yang perfeksionis. Setelah meneliti 48 subyek, separuh dari si penggigit kuku cenderung perfeksonis, atau orang yang penuh perencanaan, bekerja terlalu banyak, dan suka gelisah.
"Ketika mereka yang perfeksionsi merasa bosan dan frustasi, sangat mudah mempertahankan suasana hati mereka dengan menggigit kuku," kata O'Connor.
Menggigit kuku baru dikatakan penyakit jika dilakukan secara kompulsif. Contohnya adalah menggigit kuku sambil menarik rambut, menguliti kulit jari sekitar kuku. Ini mungkin pertanda seseorang membutuhkan profesional kesehatan mental untuk membatasi perilaku ekstrem ini.
Bagi sebagian besar orang, menggigit kuku adalah kebiasaan menyebalkan yang sulit dihentikan. Tidak peduli berapa banyak orang melarang mereka.