Kamis 12 Jul 2018 16:39 WIB

Kejar 20 Juta Wisman, Indonesia Perlu Terminal LCC

Kehadiran terminal LCC akan mendorong tingkat kunjungan wisatawan

 Wisatawan mancanegara beraktifitas di salah satu hotel berbintang di kawasan Nusa Dua,Bali, Jumat (25/8).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Wisatawan mancanegara beraktifitas di salah satu hotel berbintang di kawasan Nusa Dua,Bali, Jumat (25/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo menargetkan tingkat kunjungan wisatawan mencapai 20 juta di tahun 2019. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menghadirkan Low Cost Carrier Terminal (LCCT).

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, pertumbuhan penumpang internasional setiap tahunnya rata-rata mencapai 13 persen per tahun. Dari angka tersebut, pertumbuhan penumpang yang menggunakan layanan Full Service Carriers (FSC) sekitar tujuh persen. Jauh lebih sedikit dari Low Cost Carriers yang tumbuh 55 persen per tahun.

"Target yang diberikan presiden kepada kita menuntut pertumbuhan harus 20 persen, kalau kita ikut full service carriers maka pertumbuhan tidak akan pernah tercapai. Maka harus dengan LCC," ujar Menpar Arief Yahya di Kantor Kemenko Kemaritiman, Kamis (12/7).

Ia memberi contoh Bandar Udara Narita yang mulai membangun T3 untuk LCC sejak April 2015. Pax trafik LCC kemudian terus tumbuh dari 11.5 persen menjadi 31 persen pada 2017 dari pax trafik keseluruhan di Bandara Narita .

"Pertumbuhan trafik di LCCT jauh lebih tinggi dari Non-LCCT untuk destinasi yang sama," ujar Arief Yahya.

Begitu juga dengan bandara-bandara lainnya di Jepang yang memiliki LCC Terminal. Seperti Naha Airport yang pax trafiknya terus tumbuh dan di tahun 2017 tercatat 18 juta pax. Kemudian Nagoya Airport dan Kansai Airport yang juga membangun LCCT dan gencar menawarkan ke airlines.

"Hasilnya turis inbound ke Jepang tumbuh 33 persen dari tahun 2011 sampai dengan 2015 dan menjadi the fastest rate in the world, mencapai 28,7 juta turis pada 2017," ujar Menpar.

Sementara di Indonesia belum memiliki LCCT. Sehingga arilines dengan konsep LCC harus mendarat di terminal biasa yang biayanya tinggi.

"Jadi tidak klop," ujar Menpar.

Dengan adanya terminal LCC, maka airlines bisa memotong biaya operasional hingga 50 persen, namun akan memiliki trafik yang meningkat dua kali lipat.

Menpar juga tidak khawatir nantinya wisatawan yang berkunjung memiliki spending yang kecil. Ia mencontohkan Thailand yang memiliki banyak terminal LCC, namun Average Revenue per Arrival-nya (ARPA) mencapai 1.500 dolar AS. Sementara Indonesia masih di angka 1.200 dolar AS. Tingkat keterisian penumpang (okupansi) pesawat ke destinasi biasanya juga lebih banyak untuk kelas ekonomi. 

"Ini bisa membuktikan penggunaan LCCT tidak mengurangi ARPA," jelasnya.

Nantinya terminal LCC diproyeksikan dibangun di bandara yang telah memiliki lebih dari satu terminal.  "Salah satu terminalnya bisa diarahkan untuk terminal LCC," ujar Arief Yahya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement