Selasa 10 Jul 2018 08:16 WIB

Lulusan UMM Produksi Bandeng Tanpa Duri Aneka Rasa

Teknik fillet menjaga kualitas gizi bandeng yang dihasilkan.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Friska Yolanda
Produk bandeng tanpa duri berbagai rasa dari lulusan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Foto: Humas
Produk bandeng tanpa duri berbagai rasa dari lulusan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Inovasi kembali dilakukan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kali ini, generasi penerus bangsa tersebut sukses memproduksi bandeng tanpa duri. 

Jika biasanya bandeng tanpa duri yang beredar di pasaran merupakan hasil proses presto, maka karya ini sedikit berbeda. Untuk melunakkan durinya, lulusan Program Studi Budidaya Perairan (Perikanan), Fakultas Pertanian dan Peternakan ini menggunakan teknik fillet.

Mahasiswa bernama Nurmalasari yang baru saja lulus pada Mei lalu ini berhasil memproduksi Bangdur (Bandeng Tanpa Duri) Cita Rasa Nusantara. Produksi ini bermula dari tugas Mata Kuliah Praktik Usaha Perikanan atau biasa disebut aquapreneurship lalu menjadi ladang usaha yang menjanjikan.

Bersama tiga orang temannya Muhammad Soleh, Fernanda Rahmadillah Putri dan Sabarudin yang juga satu tim dalam proses pengerjaan aquapreneurship, Nurmalasari berhasil memasarkan produk inovatif ini. Bisnis tersebut bahkan telah meraih omzet hingga 10 juta rupiah untuk setiap 100 kilogram bandeng yang diproduksi. 

Inspirasinya muncul ketika melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di salah satu perusahaan swasta di Probolinggo yang membudidayakan udang vannamei dan bandeng. Perusahaan ini melakukan dua budidaya dalam satu wadah serta memproduksi bandeng tanpa duri. Dari sini,  Mala, demikian  sapaan akrab Nirmala, mendapatkan ilmu tentang teknik memfilet bandeng. 

Melakukan produksi satu pekan tiga kali, Mala sudah memasarkan produknya baik secara konvesional di berbagai toko sayur modern maupun secara online// dengan memanfaatkan media sosial. Tidak main-main, untuk kestabilan kualitas dan kuantitas produk, Mala bermitra dengan pemasok ikan bandeng dari Probolinggo.

"Tidak hanya memasok, supplier ini juga memasarkan produk saya di pasar tradisional, Pasar Gadang," ujar Mala, belum lama ini.

Bangdur menggunakan teknik fillet. Berbeda dengan bandek biasa yang teknik pemasakan dengan suhu rata-rata 121 derajat celcius. Proses pemanasan menggunakan suhu tinggi ini sangat disayangkan karena dapat menghilangkan kandungan gizi yang ada. 

"Secara ilmu gizi, bandeng segar setelah dipresto gizinya hampir 98 persen hilang, jadi rasa daging nya juga tidak enak. Dengan teknik filet, kita ingin menjaga kualitas daging dari bandeng itu sendiri, rasa juga gizi nya tetap,” tambahnya. 

Selain itu, produk ini juga berinovasi pada rasa. Mala dan timnya memproduksi bandeng dengan empat varian rasa, yakni original, balado, rendang dan sambal matah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement