Senin 09 Jul 2018 06:07 WIB

Waspada Tipu-Tipu Satu Kamar Tersisa di Aplikasi Pesan Hotel

Keterangan itu menimbulkan impresi palsu bahwa kamar hotel sedang laris dipesan.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Ani Nursalikah
Kamar hotel/ilustrasi
Foto: wikipedia
Kamar hotel/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Saat ini, urusan memesan kamar hotel adalah perkara yang mudah. Hanya dengan menggerakkan ujung jari kita dapat memesan kamar hotel lewat aplikasi di ponsel pintar. Kendati banyak menawarkan pilihan harga dan hotel, mereservasi hotel via aplikasi bukan berarti tidak perlu berhati-hati.

Ketika membuka hotel yang ingin dipesan via aplikasi, anda mungkin membaca keterangan bahwa hotel tinggal menyisakan satu kamar lagi. Oleh karena itu, calon pemesan disarankan cepat-cepat memesan agar tak kehabisan. Waspadalah, itu hanya trik pemasaran yang dilakukan demi menggaet konsumen.

Hal tersebut terungkap lewat investigasi selama delapan bulan yang dilakukan lembaga pengawas persaingan usaha di Inggris. The Competition and Markets Authority (CMA) merilis laporan penyelidikannya pada sistem reservasi hotel.

Laporan itu menyebut situs atau aplikasi pemesanan menerapkan yang disebut 'pressure selling' atau penjualan lewat tekanan. Pemesanan daring memunculkan keterangan 'kamar hotel hanya tersisa satu dan jika tidak memesan sekarang maka pembeli harus membayar harga lebih'.

Keterangan itu menimbulkan impresi palsu bahwa kamar hotel sedang laris dipesan. Dengan begitu, pengusaha mencoba menekan konsumennya agar cepat-cepat memesan kamar tanpa pikir panjang.

"Orang-orang yang berlibur harus memastikan mereka melakukan pembelian yang tepat, baik itu dalam hal diskon yang dijanjikan atau menerima informasi yang tepat soal ketersediaan kamar hotel," kata Andrea Coscelli, Kepala CMA dilansir di Travel and Leisure.

"Penting untuk memastikan tidak ada satu pihak pun yang merasa ditekan oleh pernyataan yang menyesatkan ketika memesan kamar," imbuhnya.

Investigasi tersebut juga menyimpulkan daftar pencarian hotel oleh konsumen kerap memunculkan hasil yang tidak akurat. Beberapa hotel bisa nangkring di puncak hasil pencarian karena mereka membayar komisi lebih banyak kepada aplikasi pemesanan hotel.

Di lain waktu, aplikasi atau situs pemesanan akan melampirkan harga detik-detik terakhir sehingga harga yang tertera terasa lebih murah. Padahal harga yang tercantum itu bukanlah harga total yang harus dibayar konsumen.

Kendati sudah mengungkap muslihat pemasaran hotel, CMA menolak membeberkan siapa saja yang terlibat dalam permainan tersebut. Mereka mengaku sudah memberikan peringatan langsung kepada yang bersangkutan agar segera menghentikan praktik curangnya demi melindungi hak-hak konsumen.

"Langkah kami selanjutnya adalah mengambil aksi yang penting termasuk menyeret ke ranah hukum jika diperlukan. Itu semua demi menjamin hak konsumen mendapatkan harga yang adil," jelas Coscelli.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement