REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laser pointer pada dasarnya bermanfaat dan aman selama digunakan dengan benar. Sebaliknya, laser pointer yang tidak digunakan dengan sebagaimana mestinya berpotensi dapat menyebabkan kerusakan pada retina mata.
Belum lama ini, seorang anak laki-laki di Yunani mengalami kerusakan permanen pada mata kirinya. Kerusakan tersebut terjadi karena anak laki-laki tersebut berulangkali menatap langsung cahaya hijau yang dipancarkan laser pointer.
Paparan langsung sinar laser pointer ke mata ini membuat makula di mata kiri anak laki-laki tersebut berlubang cukup besar. Makula adalah sebuah bagian kecil pada retina yang membantu mengenali detail pada wajah, saat membaca maupun menyetir.
Melalui New England Journal of Medicine, tim dokter yang menangani anak tersebut mengatakan lubang pada makula biasanya dapat dioperasi. Akan tetapi, pada kasus ini, lubang makula pada mata kiri anak laki-laki itu terjadi karena terbakar oleh laser. Saraf-saraf pada mata yang menyerap cahaya sudah mengalami kerusakan total.
"Artinya walaupun operasinya berhasil, (mata kiri) anak itu tidak akan dapat melihat," terang Dr Sofia Androudi seperti dilansir CNN.
Androudi mengatakan anak laki-laki yang masih berusia sembilan tahun itu kemungkinan tidak membicarakan gejala-gejala cedera mata yang ia rasakan setelah 'bermain' dengan laser pointer. Androudi mengatakan setidaknya cedera pada retina mata anak laki-laki tersebut sudah terjadi satu tahun sebelum ia mendapat terapi.
Meskipun anak laki-laki itu datang ke dokter lebih cepat, Androudi mengatakan tak ada terapi yang bisa dilakukan untuk membantu memulihkan mata anak tersebut. Saat ini pun, anak tersebut sudah melakukan terapi selama 18 bulan dan tidak ada perubahan yang terjadi pada penglihatan mata anak laki-laki tersebut.
Direktur Vision Center di Children's Hospital Los Angeles Dr Thomas C Lee mengatakan laser merupakan hal yang bisa menjadi sangat kuat. Saking kuatnya, laser dapat berubah menjadi panas yang membakar. Hal ini tentu saja dapat meninggalkan luka pada jaringan, bahkan menyebabkan pendarahan. "Ini seperti kaca pembesar yang membakar kertas, sama seperti itu," jelas Lee.
Dalam kasus anak laki-laki dari Yunani ini, sang ayah membelikan laser pointer di pinggir jalan sebagai mainan untuk anak tersebut. Pointer tersebut memancarkan laser hijau-biru yang sebenarnya dianggap lebih berbahaya daripada laser merah-oranye.
Oleh karena itu, Lee mengimbau agar orang tua yang memiliki laser pointer lebih waspada dan menjauhkan alat tersebut dari jangkauan anak-anak. Lee mengatakan orang tua sebaiknya tidak mengizinkan anak-anak untuk bermain dengan laser pointer dalam bentuk apapun. "Pada dasarnya, laser tidak boleh dianggap sebagai mainan," lanjut Lee.
Laser pointer yang aman dan tidak berbahaya seharusnya memiliki kekuatan kurang dari 5 milliwatt sesuai anjuran FDA. Akan tetapi, sebagian laser pointer kerap diberi label yang salah. Alih-alih hanya memancarkan output sebesar 5 milliwatt, laser pointer dengan label yang salah mungkin memancarkan kekuatan 10 hingga 50 milliwatt, bahkan lebih dari itu.
"Ini merupakan kekuatan yang berbahaya, dan tidak mungkin Anda sebagai pengguna tahu bahwa laser pointer yang Anda beli dari internet memiliki kekuatan yang tepat," ungkap profesor di bidang ophtamologi Johns Hopkins Wilmer Eye Institute Dr Peter Gehlbach.