REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi baru mengungkapkan bahwa menikah bisa mengurangi risiko sakit jantung hingga 40 persen. Sebaliknya orang lajang lebih mungkin menderita serangkaian penyakit termasuk menderita atau meninggal karena penyakit jantung.
Selain itu, orang menikah juga lebih sedikit kemungkinan meninggal akibat stroke. Bahkan kemungkinan itu hanya setengahnya dibanding orang yang tidak menikah.
Dokter percaya memiliki orang lain yang signifikan membuat orang lebih mungkin untuk mendapatkan gejala yang dirawat sebelumnya dan minum obat. Para peneliti dari Keele University mengatakan temuan itu sangat signifikan bahwa status perkawinan pasien harus dianggap sebagai faktor risiko, seperti tekanan darah atau merokok.
Mamas Mamas, profesor kardiologi di Keele University dan konsultan ahli jantung di Royal Stoke Hospital, mengatakan dalam dunia kedokteran, mengatakan sebenarnya dalam kedokteran status pernikahan bukan menjadi topik utama. Akan tetapi satu hal yang pasti pernikahan bukan faktor risiko pemicu penyakit.
"Apa yang diperlihatkan studi ini adalah bahwa petugas medis harus mengetahui tentang risiko tambahan dari serangan jantung atau stroke pertama pasien, atau memiliki hasil jangka panjang yang lebih baik," ujarnya sepetti dilansir dari laman dailymail, Selasa (19/6).
Peneliti melihat data dari studi dua juta pasien di seluruh dunia, berusia 42 hingga 77 tahun antara 1963 dan 2015. Faktor risiko yang diketahui seperti usia, jenis kelamin, tekanan darah tinggi, kolesterol, diabetes dan merokok bertanggung jawab atas sekitar empat per lima penyakit jantung dan peredaran darah tetapi tidak jelas apa yang mempengaruhi 20 persen sisanya.
Dibandingkan dengan orang yang menikah, mereka yang tidak pernah menikah, atau yang bercerai atau janda 42 persen lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit kardiovaskular. Analisis menunjukkan perceraian dikaitkan dengan risiko 35 persen lebih tinggi terkena penyakit jantung untuk pria dan wanita.
Janda ataupun duda ternyata 16 persen lebih mungkin untuk mengalami stroke, menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Heart. Mereka yang mengalami serangan jantung 42 persen lebih mungkin meninggal daripada mereka yang tidak pernah menikah.
Penyakit kardiovaskular menyebabkan lebih dari seperempat dari semua kematian di Inggris - 150 ribu per tahun. Para ilmuwan menyebut perkawinan sebagai bentuk dukungan sosial yang paling mendasar karena penelitian menemukan itu juga mengurangi kemungkinan demensia hingga sepertiganya.
Profesor Mamas mengatakan menikah membuat orang lebih mungkin mencari bantuan medis. "Kami tahu bahwa pasien lebih mungkin untuk mengambil dan mematuhi obat jika mereka sudah menikah. Saya pikir itu terkait dengan dukungan suami-istri yang mengingatkan mereka tentang perlunya membawa mereka."
Sementara pasangan sesama jenis atau ko-habitee jangka panjang tidak secara resmi menjadi bagian dari penelitian, tidak ada alasan untuk berpikir bahwa temuan itu tidak akan berlaku bagi mereka. Para penulis memperingatkan bahwa metode yang digunakan dalam studi yang mereka anggap bervariasi, berpotensi mempengaruhi hasil analisis mereka.