Jumat 16 Jun 2017 01:09 WIB

Inovasi Obat Luka Bakar dari Cairan Kulit Ikan Nila

Ikan nila memiliki kandungan kolagen yang baik untuk regenerasi sel.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Friska Yolanda
Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengembangkan obat luka bakar dari cairan kulit ikan nila.
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengembangkan obat luka bakar dari cairan kulit ikan nila.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Bahan alam yang dapat dimanfaatkan untuk obat luka bakar ternyata beragam. Kali ini, sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk mengembangkan obat luka bakar dari cairan kulit ikan nila.

Luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat global. Hal ini disebabkan oleh tingginya angka mortalitas (kematian) dan morbiditas (kecacatan) yang memang disebabkan oleh luka bakar itu sendiri.

Untuk pengobatan luka bakar, banyak tersedia bahan alam seperti lidah buaya atau salep berbahan dasar kimia. Lima mahasiswa UNY mengembangkan obat luka dengan memanfaatkan kuit ikan nila (Oreochromis niloticus) yang banyak terbuang.

Mereka adalah Wahyuni Eka Maryati dan Priska Wahyuni dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Matematika, Eva Cristyani Tarigan dari Prodi matematika, Annisa Husnul Latifah dari Prodi Kimia dan Rizni Rahayu dar Prodi Pendidikan Administrasi Perkantoran.

photo
Cikikubar.

Ikan nila dipilih karena konsumsinya di DIY cukup melimpah dan kulitnya hanya menjadi sampah yang dibuang. Menurut Wahyuni, kulit ikan nila memiliki kelembaban, kolagen dan ketahanan penyakit pada tingkat yang sebanding dengan kulit manusia.

Artinya, kondisi itu tentu akan membantu penyembuhan luka. Dalam kulit ikan nila mengandung kadar protein 47,43 persen, air 23,4 persen, lemak 1,68 persen, dan abu 3,01 persen.

"Tipe kolagen yang terdapat dalam kulit ikan nila adalah tipe kolagen dengan pola SDS-PAGE yang memiliki rantai dan yang tidak dapat teramati secara jelas karena masih tampak berhimpitan, sehingga termasuk dalam kolagen tipe I," kata Wahyuni.

Priska menambahkan, obat luka bakar ini merupakan satu-satunya obat luka bakar berbahan baku kulit ikan nila yang dirancang khusus berbentuk cairan yang diberi nama Cikikubar. Cikikubar merupakan kepanjangan cairan kulit ikan nila untuk luka bakar.

"Produk ini dikemas dan disajikan dengan kemasan 10 gram yang praktis dan menarik," ujar Priska.

Ikan nila memiliki kandungan kolagen dan omega 3 yang tinggi, dan baik untuk regenerasi sel menjadi jaringan ikat fibrin untuk menutup luka. Sehingga, produk ini mampu menjawab kebutuhan para pelanggan mengenai cairan obat luka bakar alami, aman dan berkualitas.

Annisa menjelaskan, untuk membuat Cikikubar diperlukan bahan utama, yaitu kulit ikan nila. Langkah pertama, kulit ikan nila yang sudah difillet dari dagingnya dan semua peralatan disterilkan dengan merebusnya terlebih dulu.

Kulit ikan nila dicuci, kemudian direndam dalam air kapur sirih untuk menghilangkan bau amis dan dibersihkan. Kemudian, dicampur dengan ddH2O+NaOH untuk mendapatkan cairan kolagen kulit ikan nila.

Setelah cairan kolagen didapatkan lalu dipisah dengan cairan lainnya. Kolagen disaring dengan kertas saring dan dicampurkan dengan essen menggunakan methylisothiazolinone. Cairan dicampurkan dengan obat gel, dan dikemas dalam kemasan 10 gram.

"Dan Cikikubar siap digunakan," kata Annisa.

Rizni menekankan, mereka membuat Cikikubar ini karena selain kulit ikan nila mengandung kolagen, juga mudah diperoleh dan berlimpah. Selain itu, obat ini tidak menggunakan bahan kimia berbahaya dan aman dalam pemakaian.

"Harga jual cukup terjangkau, hanya Rp 10.000," ujar Rizni menerangkan karya yang telah mendapat dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Kewirausahaan tahun 2018 tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement