Rabu 06 Jun 2018 14:23 WIB

Indonesia Berpotensi Jadi Kutub Fesyen Kelima Dunia

Hijab Indonesia dilirik dunia, khususnya negara ASEAN dan Timur Tengah.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Esthi Maharani
Warga memilih jilbab (hijab) dan perlengkapan ibadah yang dijajakan pedagang busana muslim di Lamteh, Ulee Kareng, Banda Aceh, Aceh, Sabtu (19/5).
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Warga memilih jilbab (hijab) dan perlengkapan ibadah yang dijajakan pedagang busana muslim di Lamteh, Ulee Kareng, Banda Aceh, Aceh, Sabtu (19/5).

REPUBLIKA.CO.ID,  KUTA -- Dosen Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya Kumara Sadana Putra mengatakan, Indonesia berpotensi menjadi kutub fesyen kelima di dunia pada 2025. Ia melihat tren fashion di Indonesia, terutama hijab, dilirik dunia, khususnya negara-negara ASEAN dan Timur Tengah.

"Dalam konteks ini (fesyen hijab) nantinya akan berdampak positif ke industri terkait lainnya, khususnya produk-produk gaya hidup buatan Indonesia," kata Kumara dalam Workshop e-Smart Industri Kecil Menengah (IKM) yang digelar Kementerian Perindustrian di Kuta, Bali, Selasa (5/6).

Fesyen dunia saat ini berkiblat ke empat kota, yaitu Paris (Prancis), Milan (Italia), London (Inggris), dan Los Angeles (Amerika Serikat). Indonesia, sebut dosen lulusan Business Design di Domus Academy, Milan, ini tak lama lagi akan menjadi yang kelima.

Kumara mengatakan, ada tiga sektor yang menyumbang devisa terbesar di Indonesia, yaitu kuliner, kerajinan, dan fesyen. Angkanya mencapai Rp 80 triliun per tahun. Kementerian Perindustrian mencatat posisi Indonesia saat ini berada di urutan kelima sebagai pengekspor fesyen Muslim terbesar di dunia, setelah Bangladesh, Turki, Maroko, dan Pakistan.

Ini yang membuat ekspor produk-produk Muslim Indonesia perlu didorong menjadi yang tertinggi di dunia. Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar berpotensi menguasai industri ini. Fesyen Muslim diperkirakan menyerap 1,1 juta tenaga kerja dari total 3,8 juta tenaga kerja industri fesyen nasional.

Direktur IKM Kimia, Sandang, Aneka, dan Kerajinan (KSAK) Kementerian Perindustrian E Ratna Utarianingrum mengatakan, kemajuan pada satu sektor ekonomi akan berpengaruh positif pada sektor lainnya. Oleh sebab itu, konektivitas hulu sampai hilir, serta jaminan suplai dan demand akan sebuah produk, perlu diintegrasikan dengan data utuh.

"Jika ini sudah dibangun, daya saing industri kita akan meningkat dan semakin efisien," katanya saat dijumpai Republika.

Produktivitas dan kualitas produk bukan hanya bergantung pada mesin produksi, melainkan juga sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. Ratna menyebut Indonesia tak kalah kreatif dari negara lain, tetapi pelaku usahanya perlu lebih gigih menangkap peluang yang ada.

Pelaku usaha IKM perlu didorong untuk masuk ke pasar daring (online) melalui platform digital bernama e-Smart IKM. Marketplace besar yang telah bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian di dalamnya adalah Bukalapak, Tokopedia, Shopee, Blibli, dan Blanja.com.

Bali menjadi kota kedua setelah Malang sebagai tempat pelaksanaan Workshop e-Smart IKM di Indonesia. Ratna mengatakan, tahun ini pemerintah juga menyambangi kota-kota lain, seperti Bandung, Bogor, dan Surabaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement