REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernahkah Anda mengalami keseleo lidah alias salah ucap ketika berbicara? Hal yang seharusnya tidak Anda katakan malah diucapkan tanpa sadar sehingga anda buru-buru meralatnya. Salah ucap ini disebut parapraxis atau juga dikenal sebagai Freudian slip.
Istilah Freudian slip merujuk pada nama Sigmon Freud, ilmuwan Austria pencetus psikoanalisis. Salah satu parapraxis yang paling dikenal adalah ketika mantan presiden Amerika Serikat George HW Bush berkampanye pada 1988.
"We've had triumphs. Made some mistakes. We've had some sex... Uh.. setbacks," demikian bunyi pernyataan Bush tatkala mengalami keseleo lidah. Kalimat tersebut tentu saja membuatnya malu dan segera diralat.
Freud meyakini parapraxis terjadi secara alami dan bersumber dari alam bawah sadar seseorang. Setiap orang punya keinginan atau pemikiran yang tidak ia ungkapkan yang ada di bawah alam sadar. Namun, pada suatu kondisi, seseorang bisa tanpa sadar menyatakan apa yang ada di benaknya tersebut.
Konsep Freud mengenai Freudian slip dituangkan dalam bukunya berjudul The Psychopathology of Everyday Life. Buku itu diterbitkan pada tahun 1901. Kemudian, pada 1925 Freud kembali mengelaborasikan pemikirannya mengenai fenomena parapraxis dalam buku An Autobiographical Study.
"Fenomena ini bukan sebuah kecelakaan, tetapi dibutuhkan penjelasan psikologis. Parapraxis mengandung makna dan bisa diartikan. Ini adalah justifikasi dari seseorang yang mencoba menahan isi hati dan keinginannya," tulis Freud.
Pada 1979, para peneliti psikologi di UC Davis menelaah lebih lanjut mengenai Freudian slip. Mereka mendesain tiga macam lingkungan berbeda untuk mengetahui pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Para peneliti melibatkan responden sejumlah laki-laki heteroseksual dan dibagi ke dalam tiga kelompok.
Kelompok pertama dipimpin seorang profesor paruh baya. Kelompok kedua dipimpin asisten laboratorium dengan penampilan yang menggoda. Asisten itu mengenakan rok mini dan kemeja transparan. Kelompok ketiga juga dipimpin oleh profesor paruh baya, tetapi pada jari responden ditempelkan elektroda.
Tiap-tiap pemimpin kelompok meminta responden membaca pasangan kata. Di grup dengan elektroda, responden akan disengat listrik setiap salah mengucapkan kata. Hasilnya, kelompok yang dipimpin asisten laboratorium melakukan paling banyak kesalahan dibandingkan dua kelompok lainnya.
Dari studi tersebut disimpulkan bahwa parapraxis juga bisa terjadi apabila seseorang berbicara cepat-cepat, merasa gugup, lelah, tertekan, atau terbius oleh sesuatu. Dengan kata lain, pikiran bawah sadar bukanlah satu-satunya penyebab parapraxis sebagaimana yang diyakini Sigmon Freud.