Kamis 31 May 2018 11:45 WIB

Tumbuhkan Keingintahuan Anak Sejak Dini

Anak yang sering mengajukan pertanyaan adalah hal positif dari anak.

Rep: MGROL102/ Red: Yudha Manggala P Putra
Anak dengan bakal cemerlang dan kecerdasan lebih sering diperlakukan salah sehingga malah kesulitan ketika belajar di sekolah (ilustrasi)
Foto: heartofthematteronline.com
Anak dengan bakal cemerlang dan kecerdasan lebih sering diperlakukan salah sehingga malah kesulitan ketika belajar di sekolah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orangtua kadang merasa kurang senang ketika anak mereka mengajukan pertanyaan demi pertanyaan. Mereka merasa itu dapat melelahkan, terutama ketika orangtua tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan anak tersebut seperti, "Mengapa langit berwarna biru? Apakah ada yang benar-benar tahu?"

Namun, orangtua tak perlu khawatir akan hal itu. Semua pertanyaan "mengapa" itu ternyata dapat memberikan hasil yang besar bagi si buah hati.

Pediatric Research kini telah menerbitkan sebuah penelitian yang menghubungkan rasa ingin tahu dengan prestasi akademik.

Penelitian ini melibatkan penilaian langsung yang diberikan 6.200 siswa TK, serta laporan dari kuesioner orang tua. Dari hasil penelitian tersebut, hasilnya menunjukan adanya korelasi antara rasa ingin tahu dan prestasi akademik yang lebih besar.

Namun, jika rasa ingin tahu adalah kunci keberhasilan akademis anak, dapatkah rasa ingin tahu itu dibina atau apakah itu hanya sifat bawaan?

Tentu saja, orang tua tidak perlu menunggu waktu sampai anak mereka masuk sekolah untuk mulai mencari cara agar dapat menumbuhkan keingintahuan si anak.

Dokter anak Susan Buttross menyarankan agar orang tua melakukan permainan dengan anak mereka dengan mengajukan pertanyaan mengenai siapa, apa, kapan, dan di mana, bahkan sebelum mereka dapat memberian jawaban verbal seperti dilansir di laman Health Line, Senin (28/5).

"Berjalanlah ke kamar dengan anak kalian dan katakan, "Di mana Ayah?" Kemudian tunggu beberapa detik, lihat sekeliling, dan akhirnya tunjuk dan katakan, "itu dia! Lihat?"

Buttross menambahkan, "Orang tua juga dapat mendiskusikan soal skenario yang orang tua saksikan. Misalnya, ketika orang tua sedang menonton kucing, ajukan pertanyaan seperti, "Apa yang kamu pikirkan ketika melihat kucing itu menjilati kakinya?" Tunggu sebentar kemudian jawab, "Mungkin dia sedang mencuci tubuhnya."

Dengan cara ini, orang tua telah menciptakan model untuk menumbukan keingintahuan anak, bahkan sebelum anak mereka tumbuh dewasa dan dapat mengajukan pertanyaannya sendiri.

Selain melakukan hal itu, Buttross juga mendorong orang tua untuk mengizinkan anak mereka menjelajahi lingkungan mereka tanpa banyak memberikan perhentian atau interupsi. "Ini adalah cara untuk membiarkan anak memiliki pemikiran mereka sendiri," jelasnya.

"Bermain secara bebas dan tidak terarah juga dapat memungkinkan seorang anak untuk menyelidiki apa yang terjadi," katanya.

Seiring bertambangnya usia anak, orang tua dapat merekomendasikan kegiatan lain seperti wisata alam, mengunjungi museum, atau mengunjungi kebun binatang.

Kemudian, ketika anak mulai memunculkan pertanyaan, Buttross menyarankan agar orang tua membalas pertanyaan tersebut dengan pertanyaan tambahan yang dapat mendorong anak-anak untuk menemukan jawabannya sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement