REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada yang unik dalam aktivitas politisi dalam ramadhan kali ini. Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto yang juga Ketua Umum Golkar mengucapkan selamat puasa dengan membaca puisi sufi terkenal Rabi’ah Adawiyyah.
Video Airlangga membaca puisi ini beredar viral di aneka grup Whatsapp (WA). Bahkan di Youtube, video ini dalam waktu tiga hari sudah ditonton oleh lebih dari 100 ribu.
Puisi Rabi’ah sangat dikenal karena ia mengembangkan cinta yang tulus kepada Allah, tanpa perhitungan surga dan neraka. Dia hidup pada tahun 700-an, sekitar 1300 tahun yang lalu, di Kota Basrah, Irak masa kini.
Karena keistimewaannya, Adawiyah disebut sebagai Ibu Sufi Besar atau The Mother of Grand Master. Kisah hidup dan puisinya menarik banyak peneliti, termasuk akademisi barat, Margareth Smith.
Cuplikan puisi Rabiah yang dikutip Airlangga Hartarto: Jika aku menyembah-MU karena inginkan surga, tutuplah pintu surga bagiku. Jika aku menyembah-MU karena takutkan api neraka, cemplungkanlah aku ke dalam api neraka. Tapi jika aku menyembah-Mu karena cintaku pada-MU, janganlah Kau tolak cintaku.
Menurut Denny JA, hal itu gejala publik yang rindu pemimpin menyitir puisi. "Ruang publik kita terlalu dipenuhi soal konflik politik atau tabel ekonomi. Perlu lebih banyak puisi agar percakapan di ruang publik lebih filosofis, lebih mengajak renungan. Bulan puasa sangat sesuai bagi para pemimpin untuk ikut membaca puisi," kata Denny dalam siaran pers kepada Republika.co.id, Senin (21/5).
Di era awal kemerdekaan, sambung Denny, Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir sangat sering mengutip puisi dalam pidatonya. Bahkan Mohamad Yamin sendiri juga seorang penyair. Di tingkat dunia John F Kennedy dan Winston Churchill juga gemar mencitir puisi. Bahkan Mao Tse Tung juga menulis puisi.
Publik merindukan lebih banyak pemimpin membaca puisi. "Itu sebabnya mengapa video Airlangga membaca puisi Ramadhan menjadi viral," ujar Denny selaku pendiri Lingkaran Survei Indonesia, yang juga dikenal sebagai penggagas puisi esai.