Senin 21 May 2018 11:00 WIB

Anyang, Jajanan Khas Aceh Saat Ramadhan

Anyang yang dibalut daun pisang dijual dengan harga Rp 5.000-Rp 7.000 per bungkus.

Anyang.
Foto: budaya-indonesia.org
Anyang.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGKIL, ACEH -- Salah satu kuliner lokal, anyang, menjadi salah satu menu favorit masyarakat untuk pangan berbuka pada puasa Ramadhan 1439 Hijriyah di Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh. Tidak heran, hampir semua pedagang takjil menyediakan anyang sebagai makanan utama yang dihidangkan kepada setiap pembeli.

Pantauan wartawan di Singkil, Sabtu (19/5) sore, dalam setiap warung jajanan pangan berbuka puasa, makanan khas favorit masyarakat Singkil ini dapat ditemui dengan harga yang sangat terjangkau, yakni Rp 5.000-Rp 7.000 per bungkus yang dibalut dengan daun pisang

Salah seorang pedagang takjil, Satimin, menyatakan, anyang ini merupakan racikan perpaduan dari tumbuhan vegetarian yang disebut pakkat dan simboling atau rotan muda yang dicari warga di hutan liar. Kuliner yang satu ini selalu saja hadir dan menjadi favorit dengan rasa khas vegetarian yang alami.

Pakkat dan simboling sangat familiar bagi masyarakat pesisir dan masyarakat daerah aliran sungai. Sebab, kedua tanaman vegetarian ini kerap dijual di pasaran sebagai bahan racikan sayuran pendamping sayuran yang terkenal dengan nama anyang.

Dari sekian banyak ragam menu berbuka puasa, anyang selalu tampil mengemuka dalam menu berbuka sehingga setiap pedagang takjil menu berbuka di setiap sisi Kota Singkil tidak pernah ketinggalan menyajikan menu tersebut.

Kebiasaan masyarakat Aceh Singkil adalah memanfaatkan tanaman pakkat dan simboling untuk dikonsumsi langsung sebagai lauk walau hanya dibakar, selain diolah menjadi masakan anyang (urap) ataupun digulai dengan ikan.

Namun, tanaman pankkat dan simboling hidup liar di hutan rawa belantara dan tidak pernah diberdayakan sehingga para pedagang vegetarian ini bila ingin menjualnya terlebih dahulu mengambilnya di dalam hutan belantara menggunakan perahu.

Ciri khas kedua tanaman ini pun berbeda, baik rasa maupun ukuran, warna dan jenisnya, biasanya tanaman pakkat batang nibung muda dan simboling ini diambil dari pucuk rotan yang masih dibalut daunnya.

Pakkat dan simboling sangat berbeda sebab ukuran batang pakkat bisa berdiameter 3-5 cm, sedangkan jenis simboling berdiameter 2-3 cm. Sementara itu, rasa jenis pankkat itu agak kemanis-manisan, sedangkan simboling rasanya pahit. Cara memperoleh bagian dalamnya adalah mengupas kulit berduri pada bagian luar keduanya.

Pemburu tumbuhan dua jenis ini memiliki cara yang berbeda untuk mengupas kulitnya. Sebagian di antara mereka ada yang mengupas langsung saat masih di hutan. Ada juga yang mengupasanya dengan cara dibakar terlebih dahulu, sedangkan isi dari batang muda tumbuhan ini berwarna putih.

Pedagang lainnya, Ogek Diman, mengaku dirinya berjualan pakkat dan simboling laris selama bulan Ramadhan untuk disajikan sebagai bahan berbuka puasa.

Mengenai harga sangat terjangkau, 10 batang dijual Rp 5.000 hingga Rp 7.000/ikat. Ia mendapatkan omzet dari berjualan pakkat dan simboling bisa mencapai antara Rp 150 ribu dan Rp 200 ribu per harinya.

Sepekan Ramadhan, takjil makanan ini juga ramai diserbu pembeli setiap harinya. Kedua batang tanaman ini merupakan bahan pembuatan urap, anyang dan gulai dicampur ikan asap.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement