Ahad 20 May 2018 09:47 WIB

Dokter Peringatkan Bahaya Menonton 13 Reasons Why

Penggambaran detail bisa mendorong anak muda bunuh diri.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Indira Rezkisari
Serial 13 Reasons Why.
Foto: dok Netflix
Serial 13 Reasons Why.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring dirilisnya musim terbaru terpopuler dari series Netflix "13 Reasons Why", sebuah jurnal Pediatrics juga memperingatkan agar orang tua mewaspadai tontonan ini bagi remaja. Alasannya, pada episode terakhir di musim penayangan pertama, serial ini menampilkan secara detail visual salah satu tokohnya yang bunuh diri.

Dilansir dari Reuters, para profesional kesehatan mental menyebut penggambaran detail itu dikhawatirkan dapat mendorong anak muda lainnya untuk berbuat sama. Musim penayangan kedua serial tersebut seharusnya tayang 18 Mei namun dibatalkan setelah terjadi penembakan di sekolah di Santa Fe, Texas.

Dalam sebuah artikel berjudul, "13 Hal yang Harus Diketahui Dokter Anak dan Dilakukan tentang 13 Reasons Why", seorang dokter anak Dr. Michael B Pitt dan rekan-rekan dari Rumah Sakit Anak-anak Universitas Minnesota Masonik di Minneapolis, mendorong dokter lain memperingatkan pasien muda yang rentan, dan juga oang tua mereka, menjauhi tontonan tersebut.

"Hal pertama yang kami kagumi adalah ternyata sangat sedikit dari rekan kami yang tahu tentang acara ini," kata Pitt.

Para dokter anak mendesak penulis serial itu mengikuti pedoman baru dari American Academy of Pediatrics yang menyerukan untuk melakuakan skrining depresi universal untuk pasien berusia 12 ke atas. Pedoman itu juga untuk menanyakan pasien mereka tentang konsumsi media mereka.

Sebab, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah membahas bagaimana media dapat menggambarkan bunuh diri dengan cara yang tidak memicu kematian oleh peniru, di antara individu yang rentan.

Ilmuwan dari Pusat Pengembangan Boston Children Hospital Education dan instruktur psikiatri di Harvard Medical School, Dr Kimberly O'Brien mengatakan, para dokter tidak hanya perlu menyadari pertunjukan dan potensinya. "Tetapi juga benar-benar harus bertanya kepada pasien mereka secara nyaman, tentang apakah mereka berpikir untuk bunuh diri atau tidak," kata dia yang juga mempelajari bunuh diri anak remaja.

O'Brien mengatakan dia dan rekan-rekannya melihat lonjakan yang tinggi pada angka orang yang dirawat di perawatan psikiatri rawat inap yang melaporkan mengidentifikasi dengan karakter utama dalam serial tersebut. Mereka ingin bunuh diri seperti yang dilakukan karakter utamnya, dalam beberapa bulan setelah pertunjukan pertama ditayangkan pada tahun 2017.

Dalam beberapa tahun terakhir, dia mencatat, bunuh diri telah meningkat dari ketiga menjadi penyebab kematian kedua di kalangan remaja. “Kami juga melihat lonjakan dalam upaya dalam rentang usia ini, dan itu secara tidak proporsional memengaruhi demografi tertentu seperti remaja seksual dan gender-minoritas,” katanya.

Dia berharap pada musim kedua ini, para pembuat serial itu benar-benar mendengarkan saran para peneliti. Sehingga membuat perubahan yang perlu dilakukan.

Juru bicara Netflix kepada Reuters, mengutip survei terbaru dari Universitas Northwestern menemukan acara itu mengarah kepada percakapan tentang perundungan, bunuh diri dan kesehatan mental antara remaja dan orang tua mereka. "Yang mengatakan, kami ingin pemirsa mendapat informasi dan membuat pilihan yang tepat untuk diri mereka sendiri dan keluarga mereka, yang digemakan dalam pesan peringatan video dari para pemain yang bermain sebelum setiap musim," kata juru bicara itu.

Dia menekankan, Netflix menawarkan berbagai kontrol orang tua untuk membatasi apa yang dapat ditonton anak-anak. Netflix juga menawarkan sumber daya lain termasuk adanya panduan diskusi untuk keluarga dan pendidik, serta serangkaian diskusi video dan situs web di mana pemirsa dapat menemukan dukungan lokal mengenai perundungan.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement