Selasa 15 May 2018 14:54 WIB

Insiden Bom Timbulkan Kecemasan yang Mengakibatkan Penyakit

Publik diharapkan melawan kecemasan dengan tetap beraktivitas normal.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Lilin yang berbentuk cinta dinyalakan saat aksi solidaritas terkait aksi tragedi teror bom di Surabaya dan Siduarjo di Taman Suropati, Jakarta, Senin (14/5).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Lilin yang berbentuk cinta dinyalakan saat aksi solidaritas terkait aksi tragedi teror bom di Surabaya dan Siduarjo di Taman Suropati, Jakarta, Senin (14/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah peristiwa penyerangan dan penyanderaan petugas oleh terpidana teroris di Rutan cabang Salemba Mako Brimob, publik dikagetkan lagi dengan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya. Publik tentunya marah dan syok dengan insiden tersebut.

Tujuan pelaku teror adalah menimbulkan ketakutan publik. Praktisi kesehatan Dr Ari Fahrial Syam mengatakan, publik harus melawannya dengan tetap beraktivitas dan beribadah. "Semakin kita takut, teroris semakin senang dan akan mengulangi dan menebarkan terornya secara terus menerus.  Karena tujuannya tercapai membuat orang takut untuk beraktivitas dan beribadah," ujarnya.

Di sisi lain berbagai gambar korban teror sudah menyebar luas. Penyebaran gambar itu bisa meningkatkan kecemasan di pasien penyakit kronis. Akibatnya bahkan penyakitnya bisa kambuh karena rasa cemas berlebihan.

Menurutnya pasien-pasien dengan penyakit akibat asam lambung bisa kambuh sakitnya karena merasa bertambah cemas atas kejadian. Kecemasan bisa terjadi meski hanya mendapat informasi melalui media sosial.

Dr Ari menambahkan, pasien asma akan kambuh asmanya karena stres, pasien hipertensi tekanan darahnya bisa naik karena merasa marah, pasien dengan diabetes gula darahnya menjadi tidak terkontrol karena rasa cemas dan takut karena teror tersebut. Kemudian pasien yang memang sudah mempunyai sakit jantung akan mengalami serangan jantung akibat rasa takut dan marah yang berlebihan.

Pasien dengan dengan irritable bowel syndrome (IBS), yaitu penyakit kronis berupa sakit perut dengan disertai gangguan buang air besar baik mencret maupun susah BAB, tidak akan membaik bila berhubungan dengan stres atau kecemasan. "Orang yang cemas bisa juga mengalami sakit kepala, nafsu makannya menurun, tidurnya menjadi susah dan malas untuk beraktivitas. Berbagai gangguan sistem organ bisa terjadi akibat adanya faktor stres tersebut," ujarnya.

Ia mengimbau kepada masyarakat, sebagai seorang dokter yang sebagian besar pasien-pasiennya akan kambuh karena cemas yang berlebih-lebihan, untuk tidak menyebarkan gambar korban peristiwa bom Surabaya. Karena pada akhirnya hanya menyebarkan ketakutan.

"Ayo tetap semangat, lawan teroris dengan cara tetap beraktivitas dan tetap beribadah seolah-olah tidak terjadi teror tadi pagi di pusat Kota Surabaya."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement