Senin 14 May 2018 15:14 WIB

Empat Desa di Kabupaten Semarang Wujudkan Ekowisata

Sasaran destinasi wisata Sekkaron adalah wisatawan dari Eropa.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Wisman membaur dengan warga di ekowisata Sekkaron.
Foto: Bowo Pribadi.
Wisman membaur dengan warga di ekowisata Sekkaron.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Empat desa wisata yang ada di Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, berkolaborasi untuk mewujudkan pengelolaan wisata terpadu. Kolaborasi desa wisata di lingkungan sekitar Danau Rawapening ini diwujudkan melalui ekopark Sekkaron guna menarik kunjungan wisatawan Eropa.

"Sekkaron diambil dari nama empat desa, yakni Sepakung, Kemambang, Kebumen, dan Tegaron," kata Kepala Desa (Kades) Sepakung, Ahmad Nuri, pada soft launching Ekowisata Sekkaron, di kompleks Balai Desa Sepakung, Ahad (13/5).

Ekowisata ini, jelasnya, menjual keunggulan wisata alam terbuka, wisata pertanian, peternakan, perkebunan, serta atraksi senidan budaya. Wisatawan yang datang bisa tinggal, beraktivitas langsung bersama masyarakat, baik menyangkut pertanian, peternakan, dan perkebunan.

Seperti menanam padi, memerah susu sapi, dan memberi makan hewan ternak tersebut dan memanen serta mengolah bijih kopi, sejak tahap petik di kebun hingga dinikmati. Untuk atraksi kesenian, ada bermacam- macam seperti rodat, reog, dan tari prajuritan.

"Adapun untuk budayanya ada agenda merti dusun dan sedekah bumi. Sehingga wisatawan bisa ikut langsung berpartisipasidan berbaur dalam prosesi kegiatan budaya tersebut," ungkapnya, saat dikonfirmasi di sela soft opening Ekowisata Sekkaron.

Ahmad Nuri juga menjelaskan, sasaran destinasi wisata Sekkaron adalah wisatawan dari Eropa. Sehingga keunggulan yang ada di empat desa bisa saling melengkapi untuk menambah daya tarik kunjungan. Melalui paket wisata yang ditawarkan, juga ada fasilias antar jemput wisatawan dari bandara.

"Misalnya jika ada wisatawan yang akan menikmati paket kunjungan Ekowisata Sekkaron kita jemput dari bandara dan setelah beraktivitas di sini selama tiga sampai empat hari, kemudian kita antar lagi ke bandara," kata dia.

Untuk mendukung ekowisata ini, ia juga menandaskan empat desa yang terlibat masing-masing telah menyiapkan homestay berstandar wisatawan asing yang benar-benar nyaman. Masing-masing desa, juga telah melatih para pemuda desa untuk bisa menguasai bahasa Inggris.

Selama dua bulan terakhir, kelompok sadar wisata (pokdarwis) di tiap desa juga menyiapkan belasan pemuda desa untuk dilatih kemampuan berbahasa Inggris dan mendapatkan pelatihan untuk memandu para wisatawan asing. Untuk mewujudkan ekowisata ini juga didukung oleh Vino Foundation, Jakarta, yang konsern terhadap pengembangan wisata berbasis perdesaan.

Sedangkan untuk mempromosikan ekowisata ini, pihaknya telah bekerja sama dengan sebuah biro perjalanan wisata di negara Jerman, selain melalui berbagai media sosial (medsos), media cetak, maupun media elektronik.

"Alhamdulillah, pada saat soft launching ini sudah ada wisatawan asal Jerman, Ukraina, dan Amerika Serikat yang sudah mencoba. Harapannya paket wisata ini bisa diceritakan cerita kepada teman atau koleganya, sehingga kunjungan wisatawan asing akan semakin banyak," jelasnya.

Wakil Bupati Semarang, Ngesti Nugraha, mengatakan guna mendukung pengembangan wisata di empat desa ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang telah menggelontorkan anggaran Rp 1,6 miliar untuk perbaikan infrastruktur jalan.

Ia berharap, apa yang dilakukan oleh Desa Sepakung, Kemambang, Kebumen, dan Tegaron ini akan mengilhami desa-desa lainnya untuk berani mengelola dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki desanya. "Kita dorong pariwisata berbasis desa agar perekonomian masyarakat desa ikut terangkat," tegasnya.

Salah seorang wisatawan asal Ukraina, Dimass, mengakui pengalaman tinggal bersama dengan masyarakat di empat desa ini sangat menarik. Baik keindahan alam, keramahtamahan warga, dan berbagai atraksi kesenian yang ada.

Hanya saja, ia memberikan masukan, saat wisatawan asing berkunjung, tidak akan memikirkan lagi apakah ada kasur, tempat mandi, atau tempat tidur yang nyaman bagi mereka. Yang wisatawan sangat inginkan adalah bisa merasakan bagaimana masyarakat setempat hidup dalam kesehariannya.

Selain itu, ia juga memberikan masukan lokasi homestay masih terlalu jauh untuk bisa mengakses spot-spot menarik yang ditawarkan. "Ketika harus berjalan kaki, saya sudah terlalu capek, karena udara cukup panas," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement