Senin 07 May 2018 15:11 WIB

Baca Puisi Warnai Diskusi Sastra dan Steemit

Para sastrawan perlu tetap menjaga citra dan reputasinya di media sosial.

Suasana diskusi sastra dan steemit di Pamulang, Tangsel, Sabtu (5/5).
Foto: Dok KSI
Suasana diskusi sastra dan steemit di Pamulang, Tangsel, Sabtu (5/5).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Sejumlah penyair Indonesia membacakan sajak-sajak mereka sebelum dan usai diskusi Sastra dan Steemit di Kafe Roti Bakar 88 Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel), Sabtu (5/5) sore.

Mereka adalah Mustafa Ismail, Ace Sumanta, Teguh Wijaya, Ahmadun Yosi Herfanda, Willy Ana, Pilo Poly, Zaim Rofiqi, dan Iwan Kurniawan. Usai diskui, Willy Ana, yang juga seorang vokalis, menyejukkan acara dengan lagu-lagu dangdut yang lembut.

Diskusi dengan topik langka ini cukup diminati sejumlah kalangan. Sejumlah sastrawan, seniman, budayawan, dan mahasiswa telah tiba sebelum jadwal acara dimulai, pukul 16.00. Sabtu sore lalu. Mereka mengikuti acara diskusi yang membahas perkembangan dan kecenderungan karya sastra di laman steemit.com, dengan nara sumber Ahmadun Yosi Herfanda, Mustafa Ismail, Iwan Kurniawan, Willy Ana, dan Pilo Poly.

Menurut Mustafa, Steemit adalah media sosial berbasis blockchain, yang fitur-fiturnya lebih lengkap dari media sosial yang ada: memiliki follower, following, resteem (share), vote (like), upload foto, video, tulisan, gambar, lagu atau musik, dan seterusnya. "Perbedaan lain yang paling mendasar adalah Steemit memberi reward dalam bentuk uang digital yang bisa ditukarkan ke rupiah," katanya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (7/5).

Mustafa yang memiliki akun @musismail di steemit.com itu menambahkan, reward ditentukan oleh jumlah like atau vote yang diberikan oleh pengguna Steemit lainnya. Makin banyak jumlah vote (like) dan makin besar kekuatan Steem pengguna lain yang memberi like makin besar pula nilai reward yang bisa didapatkan. "Awal-awal bergabung rewardnya memang nilainya sedikit, tapi dalam perjalanan waktu akan terus berkembang. Terpenting tetap konsisten menulis atau mengisi konten," ujar Mustafa.

Salah satu penyair pengguna Steemit yang sudah beberapa kali menarik reward ke rekeningnya adalah Pilo Poly.  Pemilik akun @apilopoly itu pertama kali menarik reward sekitar 10 SBD (Steem Backed Dollar). Steemit memiliki dua mata uang kripto (cryptocurrency) yakni SBD dan Steem, yang diperdagangkan di pasar kripto. "Kala itu nilai 1 SBD delapan dolar AS," kata Pilo.

Sehingga, total uang yang ditarik setelah sekitar sebulan bergabung sekitar Rp 800.000. "Uang itu saya gunakan untuk menghadiri pertemuan nasional Komunitas Steemit Indonesia di Bandung," ujar Pilo lagi.

Ia lalu menjelaskan langkah untuk menarik reward kepada peserta diskusi. "Tetapi ketika baru bergabung jangan berharap akan langsung sukses. Semua ada proses. Kita perlu berjejaring dan berkomunitas agar bisa saling mendukung," tutur Pilo.

“Kita bisa saling mengunjungi, membaca dan memberi vote pada tulisan atau konten pengguna Steemit lainnya. Dengan sering kita mengunjungi blog orang lain tentu mereka akan balas mengunjungi tulisan kita," kata penyair Willy Ana, menambahkan. Ia sendiri mengaku tidak terlalu berfokus mengejar reward. "Yang penting saya terus menulis dan terus belajar," ujar penyair asal Bengkulu ini.

Willy memang selama ini hanya menulis puisi dan baru belajar menulis artikel ketika di Steemit. "Saya belajar menulis artikel ya di Steemit. Belajar melakukan riset, wawancara, mengolah bahan hingga menjadi tulisan. Saya gak tahu apakah tulisan saya bisa disebut artikel yang baik," ujar pemilik akun @willyana ini merendah. Hal lain yang ia rasakan, selama menulis di Steemit ia jadi rutin menulis minimal satu tulisan setiap hari.

Sementara Iwan Kurniawan lebih membahas mengenai teknologi blockhchain dan hal-hal teknis yang menyangkut Steemit, yang kadang jarang diperhatikan oleh pengguna. Misalnya soal memberi vote atau like. "Momentum kita memberi vote menentukan jumlah manfaat bagi penulis maupun yang memberi vote," ujar Iwan yang memiliki akun @blogiwank itu.

 

Ia menjelaskan, “Jika kita memberi vote sebuah tulisan yang tayang dalam 15 menit pertama seluruh reward dari vote itu menjadi milik penulis. Sementara jika kita menekan vote setelah lima belas menit itu dari tayang maka mulai ada pembagian reward antara penulis dan yang memberi vote.”

 Persentasenya antara 75:25. “Sebanyak 75 persen penulis atau pemilik konten dan 25 persen pemberi vote," ujarnya. Namun, ia mengingatkan, bagi pengguna pemula tidak perlu terlalu pusing dengan algoritma semacam itu. Fokus saja untuk menulis, berkomentar dan memberi vote di  tulisan orang.

photo
Suasana diskusi sastra dan steemit di Tangerang Selatan, Sabtu (5/5).

Jaga citra dan reputasi

Adapun Ahmadun Yosi Herfanda mengingatkan agar para sastrawan tetap menjaga citra dan reputasinya di media sosial, termasuk di platform Steemit. "Jangan menyuguhan tulisan tak berkualitas kepada pembaca karena itu akan merusak reputasi sastrawan itu sendiri," ujar pemilik akun @ahmadunyh ini. Di mana pun tempatnya, sastrawan harus konsisten menghidangkan karya-karya bagus dan berkualitas.

Selain itu, Ahmadun berpandangan perlunya ada sebuah kelompok kecil pengguna Steemit yang menjadi sukarelawan untuk memberi penilaian objectifi terhadap tulisan-tulisan sastra di Steemit. "Perlu ada yang menjadi reviewer terhadap karya-karya sastra agar penulis bisa belajar dari sana sehingga tulisannya akan makin bagus," ujar dosen mata kuliah Creativer Writing di Universitas Multimedia Nusantara itu. "Kita ingin karya-karya yang muncul di Steemit itu bergizi."

Seperti diketahui kini sudah banyak sastrawan, penulis dan seniman yang menulis di Steemit. Selain nama-nama yang hadir dalam diskusi itu, ada pula LK Ara, Rida K Liamsi, Ayi Jufridar, Arafat Nur, Teuku Kemal Fasya, Razack Pulo, Herman RN, Mahdi Idris, Sulaiman Juned, Suyadi San, J Kamal Farza, Ngarto Februana, dan lain-lain.

Acara ini digelar Komunitas Steemit Budaya yang Komunitas Steemit Indonesia (KSI) Chapter Jakarta,  didukung oleh portal sastra Litera.co.id dan Ruang Sastra. KSI adalah organisasi yang menghimpun para pengguna Steemit -- yang kerap disebut Steemian -- di Indonesia. Adapun Steemit Budaya adalah forum yang menghimpun para pengguna Steemit dari kalangan penulis, sastrawan, seniman, dan pegiat kebudayaan.

Selain diskusi, kegiatan ink  diwarnai baca puisi. Sejumlah penyair yang membaca puisi antara lain Ahmadun, Zaim Rofiqi, Ace Sumanta, Willy Ana, Iwan Kurniawan, Pilo Poly, Mustafa Ismail dan Teguh Wijaya. Pembacaan puisi itu disiarkan secara live (langsung) lewat kanal Youtube. Acara ditutup sekitar pukul delapan malam. Tapi para seniman dan sastrawan tak langsung pulang. Mereka pindah ke teras kafe dan melanjutkan diskusi ringan tentang aneka hal, dari sastra, budaya hingga filsafat.

Meskipun malam telah larut, mereka seolah enggan beranjak. Kafe mulai sepi. Pengunjung satu persatu pulang. Lalu, di puncak malam, mereka mendaulat Willy Ana -- yang memang mantan "anak band" -- untuk menyanyi. Ia pun membawa lagu "Goyah" milik Rita Sugiarto. Lagu itu menjadi penutup pertemuan dini hari itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement