Rabu 09 May 2018 18:18 WIB

Masjid Niu Jie Pikat Wisatawan Asal Indonesia

Selain Tembok Cina, Masjid Niu Jie menjadi destinasi wisata favorit turis Indonesia.

Warga melintas di halaman Masjid Niujie, di Beijing, Cina, Rabu (3/5).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Warga melintas di halaman Masjid Niujie, di Beijing, Cina, Rabu (3/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Masjid Niu Jie yang terletak di Kota Beijing, Cina, selalu menjadi lokasi wisata favorit bagi wisatawan asal Indonesia. Popularitasnya tak kalah dengan Great Wall atau Tembok Cina

Tokoh Muslim setempat Liu Shoupeng mengungkapkan banyak wisatawan Indonesia yang berkunjung ke masjid tersebut. Mereka menyempatkan diri melaksanakan shalat beberapa rakaat.

Turis asal Indonesia juga memiliki keingintahuan yang tinggi mengenai perkembangan Muslim di Cina. Liu pun dengan antusias menjelaskannya kepada wisatawan.

Menurut Liu, hubungan baik selalu terjaga antara komunitas Muslim dengan keseluruhan masyarakat di Cina. Ketika era keterbukaan informasi dibuka pemerintah setempat, beberapa jurnalis kerap mencari informasi perkembangan sejarah mulainya Muslim di Cina melalui Masjid Niu Jie.

Ketertarikan wisatawan Indonesia dan beberapa negara Muslim terhadap Masjid Niu Jie tumbuh seiring dengan banyaknya tokoh besar Muslim dunia yang selalu menyempatkan shalat di masjid tersebut saat berkunjung ke Cina. Beberapa waktu lalu Presiden Indonesia Joko Widodo pun pernah singgah untuk shalat di masjid Niu Jie.

Masjid Niu Jie merupakan masjid terbesar di Beijing yang menjadi titik awal masuknya Islam di daratan Cina. Di Cina ada 72 masjid serupa, menurut Liu.

Masyarakat Muslim berkomunikasi dengan baik dengan satu sama lainnya dengan jumlah total Muslim khusus di Beijing sekitar 50 ribu orang.

Pemerintah Cina juga bersahabat dengan Muslim setempat. Masjid Niu Jie dibangun pada 996 pada masa Dinasti Liao (916-1125) dan merupakan masjid tertua dan terbesar di Beijing.

Pada tahun 1215, masjid itu pernah dihancurkan tentara Mongol, kemudian dibangun kembali pada 1443 periode Dinasti Ming dan secara signifikan diperluas pada 1696 pada zaman Dinasti Qing.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement