REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menggabungkan profesi sebagai wanita karier sekaligus ibu (working mom) tentunya menantang. Kebanyakan mereka merasa kurang begitu dipahami orang lain di tempat kerja.
Sebuah studi 2014 menemukan 48 persen dari working mom sering prihatin antara memikirkan pekerjaan dan urusan keluarga, sehingga mereka khawatir jika dipecat. Laporan lain pada 2011 menunjukkan hampir separuh ibu pekerja mengatakan rekan kerja mereka yang belum atau tidak memiliki anak sering tak memahami betapa stresnya mereka.
Anda ingin rekan kerja Anda yang juga seorang ibu bahagia? Sedikit permakluman dan pemahaman bisa sangat membantu mengurangi stres mereka. Berikut adalah hal-hal yang working mom harapkan diketahui rekan kerjanya, dilansir dari The Muse, Sabtu (20/4).
1. Jangan mengganti jadwal rapat atau meeting mendadak
Jadwal kerja seorang working mom sangat terorganisir. Mereka sering merasa hidupnya kacau ketika tiba-tiba rekan kerja di kantornya membatalkan atau menjadwal ulang rapat atau meeting.
Ini karena working mom bisa saja sudah mengatur jadwal pengasuhan anaknya saat ada jadwal penting di kantor. Hampir 40 persen orang tua mengatakan mereka kalut ketika harus memberi tahu atasan bahwa mereka tak bisa ikut acara kantor karena alasan keluarga.
Sebagai teman baik, cobalah untuk tidak mengubah jadwal secara mendadak. Koordinasikan jauh hari kepada teman Anda yang juga working mom. Anda juga bisa mencoba opsi rapat jarak jauh, melalui video conference dan sebagainya. Ini membuat situasi lebih mudah ditangani.
2. Pumping ASI bukan istirahat atau coffee break
Biarkan seorang ibu baru mendapatkan waktu untuk memompa (pumping) ASI di kantor tanpa perlu terganggu jadwal pekerjaan. Jangan menyamakan waktu pumping mereka dengan jam istirahat atau coffee break. Ketika seorang ibu memompa ASI, tidak ada waktu bagi mereka untuk makan atau melakukan hal apapun selain memompa.
3. Cuti melahirkan bukan hanya untuk istri
Cuti melahirkan bukan liburan bagi seorang working mom. Mereka harus fokus memberikan ASI berkualitas setidaknya enam bulan pertama pada bayinya.
Sayangnya cuti ini sering dianggap hanya berlaku bagi istri (ibu), bukan suami (ayah). Para ayah akhirnya merasa diadili ketika ikut mengambil cuti menemani istrinya.
Survei Deloitte pada 2016 menemukan 57 persen pria merasa cuti yang mereka ambil ketika istri melahirkan membuat mereka tampak seperti tidak berkomitmen untuk kantor. Ingatlah bahwa suami juga berperan sebagai bapak ASI. Istri membutuhkan kehadiran suaminya ketika merawat anak, terlebih anak pertama.
4. Cukup dengarkan
Sebagaimana orang tua, working mom terkadang juga perlu melampiaskan emosinya dan dia ingin meminjam telinga Anda untuk mendengarkan. Anda hanya perlu dewa untuk mendengarkan.
Berikan sedikit simpati jika rekan Anda bercerita mereka terlambat karena pengasuh anaknya izin sakit, anak sakit sepanjang malam, atau karena mengantar anak imunisasi. Mirip dengan ketika Anda mencurahkan masalah Anda kepada sahabat, terkadang working mom hanya ingin didengarkan.