Rabu 11 Apr 2018 17:10 WIB

Cegah Depresi Lewat Gaya Hidup Sehat

Depresi merupakan fenomena yang kompleks dan dilatarbelakangi banyak aspek

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
Seminar Pijar Psikologi Talks bertajuk 23 Kacamata Depresi yang digelar Sinergi Cowork and Networking Space.
Foto: Dokumentasi
Seminar Pijar Psikologi Talks bertajuk 23 Kacamata Depresi yang digelar Sinergi Cowork and Networking Space.

REPUBLIKA.CO.ID,  SLEMAN -- Co-Founder Consulife, Regisda Machdy Fuadhy mengatakan, depresi bisa dialami siapa saja. Ia juga menekankan, depresi merupakan fenomena yang kompleks dan dilatarbelakangi banyak aspek. Kompleksivitas itu berkaitan dengan interaksi berbagai elemen seperti struktur otak, genetika, hormon dan faktor luar.  Depresi dapat pula dipengaruhi cuaca dan makanan sebagai faktor eksternal.

"Cuaca sangat mempengaruhi mood, contoh paling nyata adalah winter blues ketika orang-orang tinggal di negara yang memiliki musim salju," kata Regis saat mengisi Pijar Psikologi Talks bertajuk 23 Kacamata Depresi yang digelar Sinergi Cowork and Networking Space.

Regis menilai, nuansa yang mendung dan ketiadaan matahari yang mengekstrak vitamin D berpengaruh terhadap mood seseorang. Seperti cuaca, makanan berpengaruh besar terhadap depresi.

"Makanan yang kelewat matang dan minim nutrisi membuat probiotik di dalam usus tidak mendapatkn zat yang dibutuhkan untuk memproduksi serotonim, hormon yang membuat kita senang," ujar Regis.

 

photo
Seminar Pijar Psikologi Talks bertajuk 23 Kacamata Depresi yang digelar Sinergi Cowork and Networking Space. (Dokumentasi)

Untuk itu, ia menyarankan, orang-orang yang mengalami depresi untuk melihat apa-apa yang mereka makan dan mulai beralih ke gaya hidup sehat. Regis mengingatkan, pola hidup modern yang serba cepat memiliki ratusan penyebab stress.

Ratusan penyebab stres setiap hari itu memuat semakin banyak orang rentan depresi. Namun, Regis mengaku heran, orang ang terkena depresi semakin banyak, namun yang mencari pertolongan dirasa tidak bertambah.

"Banyak orang takut dengan stigma kalau orang depresi lemah, tidak kuat menghadapi cobaan hidup dan jauh dari Tuhan, akhirnya mereka bungkam, diam dan tidak mencari pertolongan," kata Regis.

Ia menambahkan, depresi turut bersiko mematikan sama seperti penyakit fisik. Maka itu, diharapkan yang merasa terkena depresi bisa langsung berkonsultasi dengan psikolog.

"Sudah saatnya kita memahami depresi lebih dalam, mengenali gejalanya agar kita mampu menolong orang terdekat yang membutuhkan," ujar Regis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement