REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker kolorektal atau usus besar saat ini sama bahayanya dengan kanker payudara, kanker serviks, juga kanker paru-paru. Semuanya menyebabkan kematian. Sama seperti kanker lainnya, pasien kanker usus besar datang dalam kondisi stadium lanjut.
"Sekitar 25 persen pasien kanker kolorektal terdiagnosa pada stadium lanjut, sehingga kanker telah menyebar ke organ lain. Pada kondisi ini, pengobatan menjadi lebih sulit, lebih mahal, dan tingkat keberhasilan juga menurun," jelas dr. Nadia Ayu Mulansari, SpPD-KHOM dalam Media briefing "Kenali Kanker Kolorektal Lebih Dekat", Selasa (3/4).
Jika pasien datang sudah stadium lanjut maka sel kanker sudah menyebar ke organ lain. Menembus lapisan usus, jaringan limfa, dan darah. Sel kanker pun dari lesi kecil dan membesar sekitar 10 sampai 15 tahun.
Studi juga menunjukkan hanya 10 sampai 12 persen dari pasien hidup lebih dari 5 tahun. Maka dari itu, pemeriksaan dini atau skrining usus dan pentingnya menghindari faktor risiko dengan melakukan perilaku hidup sehat sangat disarankan untuk mencegah kemungkinan kanker sejak dini. Sementara itu, saat ini pengobatan kanker kolorektal di Indonesia juga sangat berkembang, didukung oleh ahli, tekhnologi dan obat yang tersedia.
Yayasan Kanker Indonesia berharap angka kematian karena kanker kolorektal dapat terus berkurang sejalan dengan kemajuan penanganan kanker ini di Indonesia. Khususnya dengan tersedianya terapi target dan pemeriksaan status penanda tumor RAS, yang akan membantu pasien kanker kolorektal mendapatkan obat yang tepat (personalized treatment). Personalized treatment memungkinkan pemakaian obat yang tepat sehingga pasien akan terhindar dari efek samping dan biaya yang tidak perlu.