Selasa 03 Apr 2018 17:01 WIB

Kanker Usus Besar Jadi Penyebab Kematian Ke-2 Pria Indonesia

Peningkatan kasus kanker usus besar harus jadi perhatian khusus.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Pergeseran gaya hidup membuat pria rentan terkena kanker usus besar.
Foto: pixabay
Pergeseran gaya hidup membuat pria rentan terkena kanker usus besar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker kolorektal atau usus besar adalah salah satu masalah kesehatan di Indonesia baik bagi pria maupun perempuan. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, kanker kolorektal merupakan penyebab kematian kedua terbesar untuk pria dan penyebab kematian ketiga terbesar untuk perempuan.

Ia menjelaskan 20 sampai 25 tahun lalu kanker kolorektal belum masuk hitungan 10 besar. Masih lebih simpel kasusnya. Namun perlahan mulai naik angkanya. Bahkan dalam 25 tahun terakhir peningkatan sosial ekonomi dan perubahan gaya hidup. Belum banyak yang menjual ayam goreng dan burger yang merupakan bagian dari pergeseran gaya hidup ke makanan barat.

"Sehingga sekarang kanker pada wanita ranking satu kanker payudara, ranking dua kanker serviks dan ketiga kanker kolorektal (kolon dan rektum) atau kanker usus besar. Sedangkan pada laki-laki, peringkat satu kanker paru-paru, peringkat dua kanker kolorektal dan peringkat tiga kanker prostat," jelas Prof. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD- KHOM, FACP, FINASIM, Ketua Umum YKI dalam Media briefing "Kenali Kanker Kolorektal Lebih Dekat", Selasa (3/4).

Data GLOBOCAN 2012 menunjukkan, insiden kanker kolorektal di Indonesia adalah 12,8 per 100 ribu penduduk usia dewasa, dengan tingkat kematian 9,5 persen dari seluruh kanker. Bahkan, secara keseluruhan risiko terkena kanker kolorektal adalah satu dari 20 orang (lima persen).

Ia menjelaskan Singapura negara yang sudah berhasil mengkampanyekan anti-rokok hingga pencegahan kanker kolorektal masuk urutan nomor pertama. Karena gaya hidup berubah, kanker kolorektal semakin banyak di negara maju dan tidak maju. Sebelumnya menyerang usia di atas 40 tahun sekarang banyak penderita di bawah 40 tahun.

Prof Aru menjelaskan prevalensi kanker kolorektal di Indonesia yang meningkat tajam menjadi perhatian khusus bagi Yayasan Kanker Indonesia. Yayasan harus mengajak masyarakat agar lebih waspada dan tidak mengabaikan tanda-tanda penyakit ini dengan melakukan deteksi dini, mengingat gejala kanker kolorektal tidak terlihat jelas.

Sebagian besar masyarakat masih menganggap bahwa kanker kolorektal erat kaitannya dengan kanker keturunan atau kanker yang terjadi pada usia lanjut, padahal kanker yangtumbuh pada usus besar atau rektum ini juga sangat dipengaruhi oleh gaya hidup. Faktanya, 30 persen dari penderita kanker kolorektal adalah pasien di usia produktif, yaitu di usia 40 tahun atau bahkan lebih muda lagi. Kanker kolorektal yang ditemukan di Indonesia juga sebagian besar bersifat sporadis dan hanya sebagian kecil bersifat herediter.

Faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kasus kanker ini di Indonesia. Seperti penyakit radang usus besar yang tidak diobati, kebiasaan banyak makan daging merah, makanan berlemak dan alkohol, kurang konsumsi buah-buahan serta sayuran dan juga ikan, kurang beraktivitas fisik, berat badan yang berlebihan, serta kebiasaan merokok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement