REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian terbaru kembali menguatkan jika kesehatan emosional sangat penting dijaga. Studi yang dipublikasikan jurnal Heart menyatakan, jika isolasi sosial (menjauhi orang lain) dan kesepian (memutus hubungan sosial) dapat mendatangkan serangan jantung dan stroke.
Orang yang memilih mengisolasi secara sosial, namun tidak kesepian, tampaknya meningkatkan risiko kematian di antara orang-orang dengan riwayat penyakit jantung. Temuan ini mendukung beberapa penelitian lain yang menghasilkan kesimpulan serupa.
"Memiliki dukungan sosial dari orang lain yang signifikan atau dari orang-orang yang berada dalam situasi yang sama baik untuk kesehatan Anda, dan individu yang terisolasi secara sosial atau kesepian mungkin tidak memiliki kemungkinan untuk dukungan semacam ini," kata penulis utama dan profesor psikologi Universitas Helsinki di Finlandia Christian Hakulinen, dikutip dari Time, Rabu (29/3).
Kecurigaan efek isolasi sosial dan kesepian mungkin diperparah oleh ciri-ciri lain yang umum di antara orang-orang antisosial. Untuk melihatnya, peneliti menyurvei hampir 480 ribu orang dewasa di Inggris.
Baca juga: Sakit Haid Terbukti Sama Sakitnya dengan Serangan Jantung
Survei tersebut mencoba membahas tentang kehidupan sosial mereka, kesepian, riwayat medis dan kebiasaan gaya hidup. Mereka juga mengukur metrik kesehatan termasuk tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh, dan kekuatan genggaman. Peserta kemudian dilacak selama sekitar tujuh tahun.
Isolasi dan kesepian tampaknya secara signifikan meningkatkan risiko seseorang terhadap masalah kardiovaskular, dibandingkan dengan orang yang lebih bersosialiasi. Isolasi dikaitkan dengan risiko 43 persen lebih tinggi dari serangan jantung dan risiko 39 persen lebih tinggi untuk stroke pertama kali. Kesepian, sementara itu, dikaitkan dengan risiko 49 persen lebih tinggi dari serangan jantung dan risiko 36 persen lebih tinggi untuk stroke pertama kali.
"Secara teori, mungkin orang-orang yang merasa kesepian memiliki setidaknya beberapa jejaring sosial yang aktif setelah mereka sakit, tetapi orang-orang yang terisolasi secara sosial tidak memiliki jejaring sosial semacam ini," kata Hakulinen.
Hakulinen menegaskan, jika seseorang penting untuk mempertahankan hubungan yang ada dengan bertemu secara langsung, seperti bertatap muka dengan keluarga dan teman dekat. Di samping itu, mencoba masuk dalam sebuah komunitas yang digemari akan menjadi pendorong untuk membuat koneksi sosial yang baru.