Jumat 23 Mar 2018 12:04 WIB

Tanjung Puting Sebagai Destinasi Wisata Kian Populer

Awalnya taman nasional ini hanya sebagai lokasi penelitian orangutan

Anak orangutan melihat ke arah orangutan dewasa di gendongan induknya, saat datang ke tempat pemberian makan di Camp Leakey, Taman Nasional Tanjung Puting
Foto: Republika/Hazliansyah
Anak orangutan melihat ke arah orangutan dewasa di gendongan induknya, saat datang ke tempat pemberian makan di Camp Leakey, Taman Nasional Tanjung Puting

REPUBLIKA.CO.ID, KOTAWARINGIN BARAT -- Nama Taman Nasional Tanjung Puting sebagai salah satu destinasi wisata sudah dikenal begitu luas. Atraksi wisata alam melihat secara langsung orangutan di alam bebas serta perjalanan menyusuri sungai dan menembus hutan, menjadi daya tarik yang begitu mengesankan.

Sehingga tidak heran jika wisatawan yang datang pun tidak hanya lokal. Bahkan jumlahnya justru lebih banyak wisatawan mancanegara.

Yomie, pemandu dari Orangutan Days menjelaskan, popularitas Taman Nasional Tanjung Puting awalnya dikenal sebagai lokasi penelitian orangutan. Banyak orang yang datang adalah untuk melakukan penelitian sekitar tahun '80-an.

"Dan di tahun '90-an setelah kampanye Visit Indonesia Years, ada beberapa travel agent yang membuka perjalanan ke sini. Itu pun bukan dari sini (Kotawaringin Barat) tapi dari Surabaya-Bali yang jual paket wisata kesini," ujar Yommie.

Keterlibatan orang lokal pun hanya sebatas pemandu dan juga penyedia jasa perahu klotok.

Namun di tahun 2005, dengan berkembangnya media sosial, popularitas Taman Nasional Tanjung Puting kian meningkat. Pengusaha lokal pun mulai bermunculan dan mulai menjual langsung paket-paket perjalanan.

"Di 2017 semakin kuat lagi dengan medsos. Tapi yang masih banyak tetap wisman dengan perbandingan 70:30. Kemudian ditambah lagi promosi oleh Kementerian Pariwisata yang banyak mengundang blogger dan promosi lainnya yang membuat semakin dikenal," ujar Yomie Kamale yang juga Ketua DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kalimantan Tengah.

Dengan promosi yang semakin besar itu, kemudian kini komposisi wisatawan yang datang pun mulai berimbang. Yakni perbandingannya saat ini 60:40 namun tetap lebih banyak wisatawan mancanegara.

Yomie mengatakan, sebagai tempat konservasi orangutan, maka keberadaan orangutan pun begitu dijaga. Keberlangsungan kehidupan serta kesehatan orangutan dipehatikan.

Berbeda dengan orangutan di Sumatra yang memiliki bulu lebih panjang dan warna lebih cerah, di Kalimantan orangutan memiliki fisik yang lebih kecil. Warnanya pun tidak terlalu cerah.

"Usia orangutan di alam liar itu antara 50-60 tahun. Mungkin kalau di kebun binatang bisa sampai 70 tahun. Hal ini karena di hutan kompetisi mereka tinggi, kemudian ada kemungkinan diserang binatang buas juga," kata Yomie.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement