REPUBLIKA.CO.ID, COLCHESTER -- Studi yang dilakukan peneliti Universitas Essex, Inggris, melaporkan, remaja perempuan yang menghabiskan waktu terlalu banyak di media sosial cenderung merasa tidak puas dengan diri mereka sendiri. Waktu yang mereka habiskan di Facebook, Instagram maupun media sosial lain akan mengurangi kebahagiaan dan menurunkan rasa percaya diri.
Salah seorang peneliti, Cara Booker,mengatakan, studi menemukan bahwa remaja perempuan dengan interaksi lebih banyak di media sosial pada usia 10 tahun memiliki dampak buruk dibandingkan mereka yang aktif pada usia 15 tahun. "Tidak ada temuan serupa terhadap anak laki-laki," ujarnya dilansir dari Health Today, Rabu (21/3).
Dalam studi ini, Booker dan rekan-rekannya melakukan penelitian terhadap hampir 9.900 anak laki-laki dan perempuan Inggris yang berpartisipasi dalam studi jangka panjang. Penggunaan media sosial mereka dilacak melalui kuisioner, sementara dua skala terpisah digunakan untuk mengatur kebahagiaan dan menguji masalah emosional atau perilaku.
Pada usia 13 tahun, sekitar setengah dari anak perempuan berinteraksi di media sosial selama lebih dari sejam sehari. Intensitas ini sepertiga lebih rendah dibandingkan anak laki-laki. Dominasi perempuan tetap terjadi ketika mereka bertambah usia. Pada umur 15 tahun, 59 persen anak perempuan dan 46 persen anak laki-laki berinteraksi di media sosial setidaknya sejam sehari.
Tingginya penggunaan media sosial berdampak pada kesehatan emosional. Untuk anak perempuan, tingkat kebahagiaan menurun seiring dengan meningkatnya penggunaan media sosial pada usia 10 sampai 15 tahun. Secara bersamaan, skor terkait masalah emosional juga meningkat.
"Sementara itu, anak laki-laki mengalami lebih sedikit masalah dalam sosial dan emosional seiring bertambahnya usia. Keduanya mengalami penurunan dalam kebahagiaan, tapi anak perempuan penurunannya lebih besar," ujar Boooker.
Salah satu penyebabnya, anak perempuan lebih peduli terhadap profil mereka di media sosial. Ketika tidak menerima banyak like atau komentar pada unggahan tertentu, mereka merasa depresi dan mengalami kesulitan sosial. Anak perempuanjuga lebih kerap membandingkan diri mereka dengan apa yang mereka lihat dibandingkan anak laki-laki.
Direktur Pusat Penelitian Psikologi Media,Pamela Rutledge, mengatakan, media sosial hanya satu dari indikator yang menyebabkan remaja mengalami tekanan. "Saya lebih suka melihat studi ini sebagai pemacu untuk mempelajari dinamika kehidupan remaja saat ini dibandingkan sebagai larangan penggunaan media sosial," ucapnya.
Meski demikian, orang tua tetap harus mempertimbangkan penggunaan media sosial pada anak. Mereka harus mencoba membatasi waktu interaksi anak dengan media sosial dan meluangkan waktu untuk berbicara dengan anak-anak.