Ahad 18 Mar 2018 09:37 WIB

Terapi Sel Punca Menjanjikan Atasi Defisiensi Imun

Aplikasi dasar sel punca untuk transplantasi HSC ke pasien kelainan hematologik.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Budi Raharjo
Sel Punca. Ilustrasi
Foto: Sciencealert
Sel Punca. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Terobosan penelitian stem cell (sel punca) membuka harapan bagi penderita defisiensi imun. Pandangan itu disampaikan Prof Stephan Immenschuh, peneliti Institut fur Transfusionsmedizin Medizinische Hochschule Hannover Germany. Immenschuh mengatakan, terapi Hemotopoietic Stem Cells Transplantation (HSCT) dapat digunakan untuk perawatan defisiensi imun kepada bayi baru lahir.

Teknologi HSCT merupakan prosedur infus sel punca hematopoetic untuk membangun kembali fungsi gematopoetic. Terutama, bagi pasien dengan gangguan atau kerusakan sumsum tulang atau sistem imun. "Caranya dengan memanen hemapoietic stem cell dari sumsum tulang," kata Immenschuh saat mengisi kuliah tamu di Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) baru-baru ini.

Dalam kuliah Peran Stem Cell dalam Riset dan Klinik itu, Immenschuh menjelaskan, aplikasi dasar stem cell yaitu transplantasi HSC ke pasien dengan indikasi kelainan hematologik, seperti leukimia myeloic akut dan limfatik akut, maligan limfoma dan multiple myeloma. "Jadi, selain untuk menangani penyakit kelainan hematologik, terapi stem cell bisa digunakan untuk perawatan defisiensi imun," ujar Immenschuh.

Immenschuh memberikan contoh lain, kemajuan teknologi stem cell untuk menangani penyakit defisiensi imun herediter seperti Wiskott Aldrich Syndrome. Selain itu, pemrograman ulang sel dewasa menjadi stem cell pluripoten yang melibatkan induced ploripotent stem cells.

Melihat bersarnya potensi stem cell dalam dunia klinik, Immenschuh menegaskan perlunya riset berkelanjutan mengenai stem cell. Dengan begitu, hasilnya bisa semakin mudah diakses oleh pasien yang membutuhkan.

Bahkan, ia memperkirakan, bukan tidak mungkin stem cell dapat menjadi pengobatan yang umum untuk penyakit-penyakit yang berat. Semisal, lanjut Immenschuh, penyakit-penyakit bersifat herediter, defisiensi imun, kelainan jantung dan lain-lain. "Maka dari itu, riset stem cell harus dilakukan secara berkelanjutan," kata Immenschuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement