Jumat 16 Mar 2018 18:30 WIB

Di Balik Sukses Vanilla Hijab

Vanilla Hijab dimulai dengan nol rupiah.

Rep: Melisa Riska Putri/Ed: Ichsan Emerald Alamsyah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Dua kakak beradik pendiri Vanila Hijab, Intan Kusuma Fauzia dan Atina Maulina.
Foto: Instagram/Intan Kusuma Fauzia
Dua kakak beradik pendiri Vanila Hijab, Intan Kusuma Fauzia dan Atina Maulina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap ujian sejatinya mengandung hikmah di dalamnya. Ini dialami Intan Kusuma Fauzia dan Atina Maulina. Berawal dari cobaan berat yang dialami Atina, mereka memutuskan terjun ke bisnis clothing line hingga akhirnya sukses membangun brand Vanilla Hijab. 

Atina awalnya sempat memiliki mimpi bekerja di bidang migas. Namun mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) ini terpaksa menepikan mimpinya tersebut setelah didiagnosa menderita penyakit autoimun, tepatnya Rheumatoid Arthritis (RA). 

photo
Cala Pastan-Khaki koleksi Vanila Hijab

Tidak ingin menyerah pada keadaan, ia kembali tinggal bersama orang tuanya di Jakarta untuk penyembuhan. Ia melanjutkan pendidikannya di salah satu universitas swasta. Sadar tidak sedikit uang yang dikeluarkan untuk pengobatan penyakitnya tersebut, ia bertekad kuat untuk berusaha mencari penghasilan sendiri.

Bersama kakaknya, Intan, ia pun perlahan menyusuri peluang bisnis yang bisa mereka gapai. Ide jualan baju pun mencuat. "Alhamdulillah, kebetulan Vanilla dimulai dengan nol rupiah," kenang Intan kepada Republika.

Awalnya usaha dimulai dengan pergi ke pusat pertokoan kain di Mayestik. Beberapa kain yang menarik dan akan laku di pasaran difoto dan diunggah ke Instagram. "Ketika ada yang beli, baru kita balik lagi ke Mayestik untuk membeli kain tersebut kemudian baru kami jahit menjadi hijab," ujar sarjana lulusan PPM School of Management ini.

photo
Cala Pastan-Tea (koleksi Vanilla Hijab)

Kebetulan, persaingan usaha clothing line sedang tumbuh, terutama fesyen Muslim. Namun bukannya takut, Intan justru menyambut pertumbuhan ini sebagai hal sangat positif. Sebab, ini menjadi pembuktian semakin banyaknya wirausaha muda di Indonesia dan berkembangnya industri kreatif.

Lagi pula, menurutnya, setiap merek memiliki ciri khas masing-masing. Begitu juga, dengan rezeki yang sudah diatur oleh Allah SWT. Tapi, bukan berarti tidak memiliki upaya untuk tetap bertahan dan eksis di pasar fesyen Muslim ini. Inovatif dan peningkatan pelayanan ke konsumen menjadi kunci penting bisnis Vanilla.

Vanilla senantiasa memperbarui produknya. Koleksi premium pun secara terus menerus selalu dihadirkan sebagai pilihan bagi para pelanggan.

Beberapa edisi premium, di antaranya, signature collection (digital printing) yang memiliki cerita berbeda di setiap desainnya. "Seperti, koleksi Senja karena launching-nya pas senja. Kalau yang Plura karena kami ingin menceritakan tentang pluralisme dan yang akan launching Januari kami beri nama Bulan karena terinspirasi setiap orang pasti memiliki sosok inspiratif," terang Intan.

photo
Day Skirt Set Busui(Vanilla Hijab)

Cara penjualan produk Vanilla tidak seperti penjual daring kebanyakan. Ada syarat yang harus dipenuhi, yakni terdaftar sebagai member dan membeli pada waktu yang ditentukan. Tapi, tak perlu takut karena informasi senantiasa diberikan Vanilla melalui akun media sosial untuk memudahkan konsumen menyiapkan waktu.

Produk Vanilla kini sudah tersebar merata hampir di seluruh pelosok Indonesia. "Kalau yang ke luar negeri, pernah ke Hong Kong, Australia, Singapura, Malaysia, dan Taiwan," ujar dia.

Kini, bukan hanya pakaian Muslim yang dijual Vanilla, melainkan juga tas. Produk ini pun sangat diminati konsumen. Cara pemasaran yang dilakukan Vanilla melalui Instagram dan Facebook dengan meng-endorse Key Opinion Leader (KOL) yang sesuai dengan target pasar.

Vanilla mereka anggap bukan hanya sebuah brand clothing line. Ada makna mendalam dengan misi besar saat Vanilla hadir pada Maret 2013 lalu. Hal ini bisa dilihat dari nama Vanilla yang identik dengan rasa manis. "Jadi harapan kami, setiap orang yang menggunakan Vanilla, hari-harinya menyenangkan dan selalu manis," katanya yang kini memiliki 75 karyawan.

Tidak hanya itu, Vanilla berupaya agar kehadirannya senantiasa memberi manfaat bagi orang banyak. Mulai dari mempekerjakan penjahit keliling, hingga membantu pegawai yang sempat putus sekolah untuk kembali melanjutkan pendidikannya. Brand ini juga ikut berbagi dengan saudara Muslim di wilayah paling timur nusantara, khususnya para penghapal Alquran.  "Kami harus mendukung adik-adik yang menghafal Alquran," kata Atina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement