REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Periode usia 20 hingga 29 tahun dianggap sebagai masa paling produktif dan paling berenergi dari seseorang. Pada rentang usia ini, yang kerap disebut sebagai periode dewasa muda, orang mulai mencoba mengejar cita-cita dan ambisinya. Mulai dari persoalan-persoalan personal, seperti jodoh dan pasangan hidup, hingga mengejar karier dan pekerjaan.
Tidak hanya itu, pada periode dewasa muda, orang juga cenderung telah menyadari berbagai tuntutan dari orang-orang di sekitarnya. Tuntutan untuk lebih dewasa, untuk lebih mandiri, dan diharapkan mulai bisa mengambil keputusan-keputusan penting di dalam hidupnya. Tidak jarang, tingginya tuntutan dan tantangan pada periode ini membuat orang justru kewalahan dan kelelahan, baik secara fisik ataupun mental.
Padahal, menurut psikolog Tara Adhisti de Thouars, pada periode ini kesehatan mental dan fisik harus bisa dijaga. ''Karena kalau tidak bisa dijaga kesehatan mental dan fisiknya maka kita tidak bisa produktif. Masa dewasa muda ini memang masa paling berenergi dan punya banyak tantangan. Tapi di sisi lain, pada masa ini, orang rentan sekali memiliki kepenatan dan banyak tekanan serta stres,'' ujar Tara dalam acara bincang-bincang mengenai ''Pentingnya Melepas Penat Sejenak di Sela Kesibukan Sehari-hari'' di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Tara menjelaskan, rasa penat dan lelah memang tidak bisa dihindari, terutama dalam periode masa dewasa muda. Namun, Tara menuturkan, ada sejumlah cara yang bisa ditempuh untuk bisa menghilangkan kepenatan dan rasa lelah tersebut. Salah satu caranya dengan istirahat sejenak atau short break di sela-sela kesibukan sehari-hari.
Istirahat sejenak tersebut, tutur Tara, bisa dalam bentuk melakukan relaksasi, mengkonsumsi makanan ringan, minum air putih, atau peregangan otot. Waktu yang diperlukan dalam short break ini pun tidak perlu terlalu lama, mulai dari beberapa detik hingga satu menit. Istirahat sejenak ini bisa dilakukan pada saat tengah melakukan aktivitas atau pekerjaan sehari-hari.
Tara menjelaskan, ada berbagai manfaat yang bisa dirasakan dari aktivitas short break ini. Salah satunya, dapat melepaskan diri dan pikiran dari berbagai hal yang menuntut banyak pikiran. ''Sehingga bisa menurunkan tuntutan, beban, kelelahan, dan akhirnya bisa sebagai sarana untuk mengisi ulang energi kita,'' ujar Tara.
Selain itu, istirahat atau jeda sejenak bisa menurunkan efek negatif yang ditimbulkan dari kepenatan dan rasa lelah akibat pekerjaan yang tengah dijalani. ''Kemudian, bisa menaikkan emosi positif yang dibutuhkan untuk mendorong produktivitas. Selain itu, jeda sebentar bisa meningkatkan peredaran darah ke otak guna menunjang aktivitas kerja otak,'' tutur Tara.
Berdasarkan sejumlah hasil penelitian neurologi, lanjut Tara, istirahat sejenak justru dapat memberikan kontribusi positif saat seseorang tengah mengerjakan sebuah tugas atau pekerjaan. Dengan beristirahat sejenak, orang dapat meningkatkan kemampuannya dalam membuat keputusan. Keputusan yang diambil, kata Tara, jauh lebih reasonable dan objektif.
Tidak hanya itu, dalam penelitian yang dilakukan Universitas Illinois, mengambil jeda sejenak justru bisa meningkatkan motivasi seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang dimuat jurnal psikologi dan psikiatri, JAMA Network, istirahat sejenak bisa meningkatkan kesehatan fisik dan mental. ''Akhirnya, istirahat sejenak memang diperlukan agar kita bisa lebih produktif,'' ujarnya.