Sabtu 10 Mar 2018 09:02 WIB

Batik Enom Padukan Sentuhan Milenial Dalam Klasiknya Batik

Biar anak-anak muda tidak malu lagi kalau pakai batik

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
Batik Enom sendiri mengusung konsep yang memadukan klasiknya batik dengan potongan kekinian.
Foto: Wahyu Suryana / Republika
Batik Enom sendiri mengusung konsep yang memadukan klasiknya batik dengan potongan kekinian.

REPUBLIKA.CO.ID,  YOGYAKARTA -- Melunturkan kesan tua dan membuat batik nyaman dipakai anak muda. Itulah tajuk yang coba diusung para pendiri Batik Enom, salah satu toko batik muda yang ada di tengah-tengah Kota Yogyakarta.

Co-Founder dan Designer Batik Enom, Devie Fransisca mengatakan, konsep awal didirikannya Batik Enom memang untuk mengeluarkan inovasi batik. Fokusnya, mengembangkan inovasi anak-anak muda yang memiliki model kekinian.

"Biar anak-anak muda tidak malu lagi kalau pakai batik," kata Devie kepada Republika, Jum'at (9/3).

 

photo
Peresmian sekaligus pagelaran busana yang diselenggarakan Batik Enom Yogyakarta, Jum'at (9/3). (Wahyu Suryana / Republika)

Untuk desain, Devie mengaku banyak terinspirasi dari fashion-fashion yang kerap muncul di majalah-majalah. Karenanya, ia merasa tidak menemui kesulitan menciptakan desain-desain batik bernuansa milenial.

Bagi Devie, semua baju sebenarnya sama saja, dan yang membedakan hanya potongan-potongan yang diaplikasikan dalam lembaran-lembaran batik tersebut. Slimfit misalnya, jadi salah satu komponen kekinian yang dituangkan.

Selain itu, Devie terus mencoba memberikan kesan modis lewat desain-desain kepada tiap pemakai batik ciptaannya. Tidak ketinggalan, terdapat padu padanan corak maupun warna yang tampak cukup berani.

Sebab, lanjut Devie, tidak sedikit pelanggan yang lebih suka nuansa batik klasik, sehingga sentuhan kekinian dituangkan dari potongan-potongannya. Strategi itu sesuai pula nama Enom yang berasal dari kata Ngenomi, agar pemakai batik tidak melulu harus kelihatan tua.

"Jadi pakai batik bisa pakai sneakers, jeans, tidak melulu harus celana kain hitam atau dipakai ke kondangan saja, bisa untuk hangout," ujar Devie.

Menurut Devie, pangsa pasar Batik Enom berkisar dari usia 17-45 tahun. Sedangkan, harga yang ditawarkan relatif bervariasi mulai dari Rp 150 ribu sampai Rp 600 ribu untuk batik yang dijual satu stel atas dan bawah.

Ia menambahkan, Batik Enom sama sekali tidak menggunakan printing, dan semua pakaian batik yang diciptakan merupakan hasil cap, kombinasi tulis maupun eco print dari dedaunan. Untuk komplimen tambahan, disediakan pula jasa vermak yang siap memenuhi keinginan pelanggan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement