Jumat 16 Feb 2018 21:10 WIB

Tak Cuma di India, Tradisi "Serak Gulo" Juga Ada di Padang

Tradisi ini dijalankan oleh keluarga Muslim keturunan India

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Hazliansyah
Masyarakat berebut bungkusan gula pasir dalam tradisi 'serak gulo' di depan Masjid Muhammadan, Kota Padang, Jumat (16/2). Tradisi yang dijalankan keluarga Muslim Keturunan India ini dilakukan setiap 1 Jumadil Akhir sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT.
Foto: Republika/Sapto Andika Candra
Masyarakat berebut bungkusan gula pasir dalam tradisi 'serak gulo' di depan Masjid Muhammadan, Kota Padang, Jumat (16/2). Tradisi yang dijalankan keluarga Muslim Keturunan India ini dilakukan setiap 1 Jumadil Akhir sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Tradisi 'serak gulo' atau tabur gula yang dilaksanakan tahunan di Kota Padang, Sumatra Barat bisa dibilang istimewa. Bagaimana tidak, tradisi yang dijalankan keluarga Muslim keturunan India ini hanya dilakukan di tiga tempat di dunia.

Selain Masjid Muhammadan di Kota Padang, Sumatra Barat, festival serupa juga diadakan di Singapura dan Nagapattinam, Tamil Nadu, India sebagai kampung halaman tradisi ini.

Tradisi serak gulo merupakan tradisi turun temurun yang dijalankan oleh warga Muslim keturunan India di Kota Padang. Tradisi yang digelar tahunan setiap 1 Jumadil Akhir penanggalan hijriyah ini diyakini sebagai simbol rasa syukur umat Muslim keturunan India atas rezeki yang diterima sepanjang tahun.

Tak hanya itu, prosesi ini sekaligus digunakan untuk memperingati wafatnya ulama di Nagore, India, yakni Shaul Hamid.

Ketua Himpunan Keluarga Muhammadan Padang, Ali Khan Abu Bakar, mengungkapkan bahwa pada prosesi kali ini, Jumat (16/2), sebanyak 6 ton gula dibagikan kepada masyarakat umum melalui tradisi serak gulo. Jumlah gula yang dibagikan tahun ini jauh lebih banyak dibanding perayaan tahun 2017 lalu, yang 'hanya' 4 ton gula.

Berton-ton gula yang dikumpulkan datang dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Medan, Bengkulu, Jambi, Riau, hingga wilayah Jawa.

Ali menyebutkan, keluarga Muslim keturunan India di luar Kota Padang bahkan rela mengirimkan gulanya lewat saudara yang hadir dalam tradisi serak gulo. Gula-gula yang dibagikan sebelumnya juga disematkan doa, zikir, serta shalawat. Gula juga digunakan sebagai medium pemenuhan nazar atas keinginan yang dipanjatkan pemberi gula.

"Gula-gula ini sukarela. Mendekati 1 Jumadil Akhir, keluarga kami di rantau sudah tahu. Biasanya gula mulai berdatangan," ujar Ali usai memimpin prosesi pembagian gula, Jumat (16/2).

Sementara itu, peneliti dari FISIP Universitas Andalas yang pernah mengangkat topik riset tentang "serak gulo", Iskandar, menyebutkan bahwa tradisi ini sudah berjalan sejak 200 tahun lalu saat etnis India mulai masuk ke pesisir barat Sumatra, tepatnya di Kota Padang.

Menurutnya, tradisi ini sudah melalui proses akulturasi budaya yang panjang bersama budaya setempat, tanpa meninggalkan nilai-nilai dibawa langsung dari 'kampung'-nya, di Nagapattinam, Tamil Nadu, India.

"Tradisi serak gulo sendiri hanya dijalankan di tiga tempat di dunia. Selain di Padang, tradisi ini juga dilakukan oleh Muslim keturunan India di Singapura dan Nagapattinam, Tamil Nadu, India. Di kampung halamannya sendiri di India," ujar Iskandar, seraya mengatakan tradisi menebar gula ini sudah berjalan 491 kali.

"India juga dikenal dengan kuliner manisnya. Gula ini sebagai mediasi ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Mereka bernazar, dan dengan nazar tersebut mereka bawa gula ke masjid," jelas Iskandar.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Padang Medi Iswandi menyebutkan bahwa pihaknya akan mendukung tradisi ini sebagai agenda pariwisata tahunan. Tahun 2018 ini, lanjutnya, untuk pertama kali Pemkot Padang memberikan bantuan finansial untuk penyelenggaraan festival pelengkap "serak gulo".

Meski begitu, lanjut Medi, pendanaan untuk pasokan gula tetap dipenuhi sendiri oleh keluarga keturunan India sebagai pemenuhan nazar. Selain itu, Pemkot Padang tahun ini juga membantu penyediaan pengamanan dan tenaga kesehatan.

"Tahun depan kami ingin lebih besar. Kami akan diskusikan lagi dengan keluarga Muhammadan ide apa lagi yang akan digelar, sebagai agenda tahunan Padang," kata Medi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement