Selasa 06 Feb 2018 15:35 WIB

Blokade Rasa Nyeri tanpa Ketergantungan Obat

Ada intervensi yang dilakukan dengan memblokade nyeri di salah satu titik.

Sesi penyuluhan bersama karyawan purna PT Phapros Tbk Semarang Indonesia.
Foto: Dokumen.
Sesi penyuluhan bersama karyawan purna PT Phapros Tbk Semarang Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Mayoritas masyarakat yang ingin menghilangkan rasa sakit atau nyeri pada organ tubuhnya adalah mengonsumsi obat-obatan. Sayangnya, langkah ini jika berkepanjangan akan menyebabkan rentetan kerusakan pada organ tubuh lainnya.

"Pemakaian obat-obatan antinyeri dalam waktu lama akan menyebabkan komplikasi ginjal, lambung, liver, kecanduan, dan tulang keropos" ujar dr Spesialis Anestesi RSI Sultan Agung Semarang, Jawa Tengah, dr Said Shofwan, dalam sesi penyuluhan bersama karyawan purna PT Phapros Tbk Semarang Indonesia, belum lama ini.

Dikatakan, nyeri merupakan sebuah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan potensial atau aktual.

Said menyoroti, di kalangan usia 65 tahun, 1 dari 5 orang mengalami nyeri dan sebanyak 18 persen mengonsumsi obat-obatan pereda nyeri.

"Penyakit sendi degeneratif, sindrom pascastroke, dan rheumatoid arthritis merupakan beberapa penyakit yang sering dialami oleh kalangan lansia" ujarnya, dalam siaran pers.

Karena risiko rutin mengonsumsi obat begitu besar, dr Said menawarkan metode terkini untuk penghilang rasa nyeri. Untuk metode terkini penanganan nyeri, ada intervensi yang dilakukan dengan memblokade nyeri di salah satu titik.

Blokade itu dilakukan dengan menyuntikkan obat anti peradangan dan penghilang rasa sakit pada titik nyeri. Sebelumnya, ditentukan lokasi nyeri secara akurat.

"Metode blokade rasa sakit di lokasi tertentu adalah metode yang efektif, efisien dan tidak menakutkan" kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement