Senin 05 Feb 2018 15:11 WIB

RSIY PDHI Lakukan Imunisasi Difteri Bagi Karyawan

Karyawan perlu dilindungi dari penyebaran penyakit difteri.

Kegiatan imunisasi difteri.
Foto: Dokumen
Kegiatan imunisasi difteri.

REPUBLIKA.CO.ID,  YOGYAKARTA --  RS Islam Yogyakarta PDHI menggelar imunisasi difteri bagi seluruh karyawannya. Vaksinasi gratis ini dilakukan selama tiga hari secara bergelombang, dari 5-7 Februari, yang bertujuan untuk melindungi karyawan RS dari penyebaran penyakit difteri.

Menurut Ketua Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja RS Islam Yogyakarta PDHI (K3), dr Rengganis Prastami Mumpuni, imunisasi bagi karyawan dilakukan sekaligus guna mengantisipasi terjadinya kejadian KLB di Yogyakarta. "Di Yogya memang belum ada KLB, namun beberapa wilayah di Indonesia seperti Jawa Barat, Jakarta, dan Jawa Timur sudah ada," ujarnya, dalam siaran pers, Senin (5/2).

Demikian pula lokasi RS Islam Yogyakarta PDHI yang dekat dengan bandara dan banyak pasien dari luar daerah, sehingga karyawan perlu dilindungi dari penyebaran penyakit difteri. Dijelaskan, bahwa upaya ini sebagai bentuk antisipasi dan perlindungan bagi karyawan dari penyebaran penyakit difteri.

Difteri merupakan penyakit pada selaput lendir pada hidung serta tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Penyakit ini dapat menimbulkan lapisan tebal berwarna abu-abu pada tenggorokan sehingga dapat membuat anak sulit makan dan bernapas.

Bila infeksi tidak diobati, toksin yang dihasilkan oleh bakteri bisa menyebabkan lumpuh dan gagal jantung hingga berujung kematian. “Penyebaran virus ini adalah melalui udara ketika penderita difteri batuk atau bersin,” ujarnya.

Dalam imunisasi ini, papar dia, vaksin yang digunakan adalah Bio Td yang berisi vaksin terhadap tetanus dan difteri. Vaksinasi difteri ini berfungsi memicu timbulnya kekebalan tubuh (antibodi) terhadap tetanus dan difteri.

Pemberian vaksin ini merupakan booster (pengulangan/penambahan) terhadap vaksinasi dasar yang sudah diperoleh saat balita. “Sehingga penyuntikannya cukup sekali saja dilakukan,” kata dr Rengganis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement