REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat (Sumbar) mencatat pada 2017 provinsi itu paling banyak dikunjungi oleh wisatawan asing dari Malaysia. Jumlah pelancong dari Negeri Jiran itu mencapai 44.201 orang.
"Dari 56.313 wisatawan asing yang berkunjung ke Sumbar paling banyak dari Malaysia, pada 2017 jumlahnya mengalami peningkatan 14,16 persen dibandingkan 2016 yang hanya 38.453 orang," kata Kepala BPS Sumbar, Sukardi di Padang, Kamis (1/2).
Menurutnya setelah Malaysia kunjungan wisatawan asing terbanyak berasal dari Thailand sebanyak 2.662 orang, Perancis 478 orang, Australia 407 orang, Amerika Serikat 304 orang, Philipina 372 orang, dan Inggris 372 orang.
Pada sisi lain ia menyampaikan kunjungan wisatawan asing ke Sumbar pada 2017 mengalami kenaikan 13,34 persen dibandingkan 2017.
Ia memastikan jumlah yang terdata tersebut adalah wisatawan yang masuk melalui imigrasi di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) karena jika sebelumnya dari Jakarta atau Medan maka akan didata lewat bandara kedatangan.
Sebelumnya hasil penelitian yang dilakukan Pusat Kajian Sosial Budaya dan Ekonomi (PKSBE) Universitas Negeri Padang (UNP) menemukan sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Sumbar mengakui daerah ini memiliki daya tarik berupa alam yang indah.
"Berdasarkan survei yang dilakukan 58 persen wisatawan menilai alam Sumbar memang indah dan sesuai dengan harapan mereka sebelum berkunjung," kata Peneliti PKSBE UNP Doni Satria,M.SE.
Menurutnya tidak ada yang membantah alam Sumbar indah dan hal itu menjadi salah satu daya tarik dan potensi wisata.
Akan tetapi pada sisi lain dari survei tersebut terungkap sebagian besar wisatawan menilai fasilitas ibadah dan toilet yang ada di objek wisata tidak memadai. "Hampir sebagian besar wisatawan tidak puas dengan fasilitas rumah ibadah dan toilet, padahal dua aspek tersebut dinilai penting oleh pengunjung," ujarnya.
Ia mengatakan survei dilakukan bukan pada musim liburan, bisa dibayangkan kalau survei saat sedang padatnya seperti apa kepuasaan wisatawan terhadap infrastruktur penunjang. "Belum lagi kalau jalur Padang-Bukittinggi macet hingga delapan jam, jadi masalah pariwisata Sumbar itu ada pada infrastruktur, " tambahnya.
Kemudian pada sisi lain ia menemukan ketersediaan pusat informasi wisata kurang lengkap padahal itu penting bagi wisatawan.