REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah riset yang dilakukan oleh perusahaan penerbit konten digital untuk kalangan milennial Brilio.net bersamad engan JakPat Mobile Survey, mendapatkan fakta bahwa mayoritas millennial Indonesia (59 persen) lebih menyukai transaksi secara nontunai. Fakta tersebut terutama dilakukan oleh kelas menengah ke atas.
Kartu debit menjadi alat pembayaran nontunai yang paling disukai milennial (50 persen), diikuti uang elektronik (33 persen), dan kartu kredit (17 persen). Dari 1.021 responden survei, 478 diantaranya mengaku sebagai pemilik kartu kredit. Brilio melakukan riset lebih dalam terhadap mereka untuk mengetahui karakteristik millennial jika dilihat dari tren penggunaan kartu kreditnya.
Berikut karakteristik milennial Indonesia dilihat dari penggunaan kartu kredit:
Gawai, Liburan, Nongkrong dan Fesyen Sebagai Gaya Hidup
Mayoritas pengeluaran kartu kredit milennial tersalurkan untuk produk elektronik (27 persen), makanan dan minuman (25 persen), perjalanan wisata (23 persen), dan pembelian produk fesyen (15 persen). Ini menunjukkan bagaimana gawai, liburan, nongkrong dan juga fesyen menjadi esensi dalam gaya hidup milennial. Pengeluaran lainnya adalah langganan layanan musik dan video on demand (5 persen)dan lain-lain (4 persen).
Siasati Gaya Hidup dengan Memaksimalkan Promo
Untuk mendukung kebutuhan dan gaya hidup mereka, milennial ternyata juga cerdik dan berusaha berhemat dengan mencari barang yang memberikan kemudahan untuk mereka mendapatkannya. Ketika ditanya mengenai alasan utama mereka untuk memiliki kartu kredit, 44 persen milennial menjadikan diskon, cashback, dan program cicilan sebagai alasan utama untuk memiliki kartu kredit. Alasan lainnya yang populer adalah cadangan untuk keadaan darurat (38 persen), kepraktisan karena tidak perlu memegang uang tunai (16 persen) serta status sosial (1 persen).
Akrab dengan Internet, Tapi Masih Menghargai Interaksi Sosial
Berbagai literatur menunjukkan bagaimana milennial mengakrabi teknologi dan kehidupan dunia maya. Hal ini juga berlaku ketika mereka mencari informasi mengenai kartu kredit. Sebanyak 38 persen milennial menjadikan website resmi penyedia kartu kredit sebagaisumber referensi kartu kredit utama mereka.
Uniknya di tengah kehidupan dunia digital mereka, 23 persen milennial ternyata masih menjadikan orangtua, keluarga atau teman sebagai referensi utama dalam memilih kartu kredit. Sebanyak 21 persen memilih karyawan bank dan sales kartu kredit, dan 18 persen sisanya mempercayai ulasan daring.
Tanggung Jawab yang Tinggi
Milennial ternyata bertanggung jawab dalam memakai kartu kredit mereka. Hal ini terlihat dari banyaknya millennial (55 persen) yang mengaku tidak pernah memakai kartu kredit mereka hingga batas maksimal.
Sebanyak 84 persen milennial juga mengaku lebih sering membayar tagihannya sesuai yang tagihan. Sebanyak 72 persen milennial bahkan mengaku tidak pernah membayar tagihannya melewati tanggal jatuh tempo.
Mewaspadai Pemborosan
Milennial ternyata cukup waspada akan potensi pengeluaran berlebih yang dapat terjadi jika mereka memiliki kartu kredit. Ketika ditanya mengenai alasan mereka untuk tidak memiliki kartu kredit, alasan yang populer adalah potensi pemborosan (44 persen), potensi terlilit utang (28 persen), tidak disetujui bank (17 persen), dan bunga yang tinggi (11 persen).
Sedangkan hal yang paling mereka pertimbangkan sebelum memilih kartu kredit adalah cashback, diskon, dan program cicilan (44 persen), fitur bebas biaya tahunan (36 persen),serta suku bunga yang rendah (22 persen).
Bijak Memiliki Kartu Kredit
Meskipun setiap penerbit kartu kredit menawarkan berbagai manfaat atau promo menggiurkan, milennial ternyata tidak serta merta langsung memiliki banyak kartu kredit. Mayoritas milennial pemilik kartu kredit ternyata hanya memiliki satu kartu kredit. Dari 478 responden pemilik kartu kredit, 54 persen mengaku memiliki satu kartu kredit, 29 persen mengaku memiliki dua kartu, 10 persen memiliki tiga kartu, dan enam persen memiliki empat kartu atau lebih.
Tidak Menjadikan Kartu Kredit Simbol Status Sosial
Mayoritas milennial( 60 persen) ternyatatidak menganggap kartu kredit sebagai simbol status sosial. Hanya 40 persen yang menganggap kartu kredit sebagai simbol status sosial mereka.
Terganggu dengan Penawaran Kartu Kredit via Telepon
Sebanyak 91 persen milennial merasa terganggu dengan penawaran kartu kredit via telepon. Sebanyak 86 persen merasa pilihan kartu kredit yang ada di pasaran terlalu banyak dan 66 persen kesulitan mengetahui kartu kredit mana yang paling sesuai kebutuhan mereka.