Selasa 30 Jan 2018 05:33 WIB

Inilah Akhir Angkutan Penumpang Jeepneys di Manila itu?

Pemerintah Filipina kini telah bergerak untuk merombak transportasi umum.

Angkutan Jeepney di Manila.
Foto: straittimes
Angkutan Jeepney di Manila.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA - Jeepneys, angkutan penumpang flamboyan di Filipina mendekati akhir masnya sebagai "Kings of the Road".  Namun para pemilik dan sopirnya menyatakan tidak akan turun begitu saja tanpa perlawanan.

Pemerintah Filipina kini telah bergerak untuk merombak transportasi umum itu karena dianggap sudah ketinggazaman, Ke depan harus ada angutan yang lebih aman dan ramah lingkungan. Jadi nantiya pemerintah akan mengerem mode perjalanan yang telah lama menjadi pilihan paling pasti dan termurah bagi negara berpenduduk 105 juta orang tersebut.

Namun, para operator dan pengemudi dari 200.000 jeepneys yang telah melewati jalan dan jalan raya negara selama berpuluh-puluh tahun bersikap menantangnya. Mereka mencela langkah-langkah untuk menggulingkan mereka sebagai sikap "anti-miskin" dan ancaman terhadap penghidupan mereka.

"Ini adalah kerumitan besar bagi kita orang-orang miskin karena kita adalah orang-orang yang menderita," kata seorang sopir jeepney. Dia kesal setelah polisi lalu lintas menariknya karena kendaraannya batuk-batuk dengan mengeluarkan asap hitam.

Jeepneys di Fili[ina itu telah berevolusi dari jip tentara lus yang ditinggalkan oleh militer AS setelah Perang Dunia II. Kendaraan ini kemudian menjadi kendaraan bercat terang yang dihiasi dengan slogan-slogan agama, tanda-tanda horoskop, atau nama keluarga.

Dengan biaya 8 peso (21 sen Singapore) untuk perjalanan 4 Km di Manila, mereka menjadi anglutan yang mudah terjangkau. Meski begitu perjalanannya memang jauh dari nyaman.

Sebuah paket jeepney khas di isi 10 sampai 16 penumpang. Mereka duduk bersepatu lutut di bangku kembar, dan tidak memiliki AC atau jendela untuk melindungi penghuni dari panas, hujan. dan asap yang terhirup.

 

photo
Jeepney di tengah keramaian Filipina.

Akhir Nasib Jeepneys

Di Metro Manila, yang merupakan salah satu kota besar  yang paling macet di Asia, penumpang bisa duduk di mobil ini berjam-jam. Di dalamnya tak ada sabuk pengaman dan penumpang hanya duduk di batasi dengan palang-palang untuk tidak terlempar dari kursi mereka saat 'pembalap Jeepneys' berlomba mengalahkan lampu lalu lintas atau menyingkirkan pesaing untuk menunggu penumpang.

Pemerintah ingin memaksa jeepneys yang tidak sehat dan lusuh ke luar dari jalanan. Ini untuk mendukung penggantian yang lebih besar, lebih bersih, lebih aman, dan lebih modern dengan angkutan mobil listrik atu  menggunakan bahan bakar bersih.

Namun pengemudi mengeluh bahwa unit yang lebih baru sangat mahal harganya yakni sekitar 1,8 juta peso, Dengan mahal harga sebesare itu mereka menganggap subsidi pemerintah menjadi remeh artinya. Beberapa pengemudi lainnya takut bila kepentingan pribadi sedang dimainkan.

"Mereka hanya ingin mengusir operator sehingga mereka bisa membiarkan perusahaan mengambil alih," kata George San Mateo, kepala kelompok transportasi PISTON. Dialah yang  memimpin sebuah demonstrasi pekan lalu di luar kantor regulator pengangkutan.

"Pemerintah menggunakan tindakan keras ini terhadap jebakan bobrok dan asap untuk memaksa operator miskin membeli barang baru yang tidak mampu mereka beli," katanya. Namun regulator mengatakan rencana tersebut telah didukung oleh Presiden Rodrigo Duterte dan bertujuan hanya untuk memodernisasi transportasi umum.

"Ada banyak jeepney utilitas umum yang sudah tua dan kotor. Jadi kami harus mengatasinya," ujar Martin Delgra, ketua Dewan Pengatur Waralaba dan Angkutan Darat. "Kita tidak bisa berkompromi dengan keamanan dalam hal kelaikan jalan," tegasnya lagi.

photo
Jeepney, raja jalanan di Manila.

sumber : straittimes.com
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement