Jumat 26 Jan 2018 22:35 WIB

Produk Pangan Lokal Belum Dominasi Perdagangan Daring

Hanya 10 persen yang made in Indonesia

Kuliner dan kerajinan tangan indonesia hadir di PFOWA Annual Charity Bazaar 2017 Pakistan.
Foto: dok. KBRI Islamabad
Kuliner dan kerajinan tangan indonesia hadir di PFOWA Annual Charity Bazaar 2017 Pakistan.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA --  Produk pangan lokal Indonesia masih belum mendominasi dalam perdagangan daring (online) dan kalah dari produk pangan asing. Hal itu diungkapkan Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo dalam peluncuran platform digital Food Startup Indonesia di Jakarta, Jumat (26/1).

Menurutnya hanya sekitar 10 persen saja produk buatan dalam negeri yang bersaing di perdagangan daring. "Ketika kita bicara produk Indonesia, kalau ditinjau dari platform 'e-commerce' kita, tidak berlebihan kalau kami katakan masih 90 persen produk yang diperdagangkan itu tidak diproduksi di Indonesia. Hanya 10 persen yang made in Indonesia," katanya.

Fadjar menuturkan, kontribusi produk Indonesia justru berbanding terbalik dengan semakin meningkatnya kontribusi ekonomi kreatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Ia menyebut kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB terus meningkat dari sekitar Rp 700 triliun hingga Rp 750 triliun pada 2014 menjadi hingga mendekati Rp 1.000 triliun.

"Info terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) per 2017 yang belum dipublikasi, angkanya sudah mendekati Rp 1.000 triliun. Sekitar 40 persen lebih dari nilai tersebut dikontribusi subsektor kuliner," katanya.

Fadjar berharap pengembangan subsektor kuliner melalui bantuan pembinaan dan akses permodalan bagi perusahaan rintisan dalam Food Startup Indonesia (FSI) akan dapat mendorong pertumbuhan subsektor tersebut dalam perekonomian.

Ia juga menyebut pekerjaan rumah pemerintah saat ini adalah memanfaatkan perkembangan ekonomi digital agar dapat dimanfaatkan secara optimal bagi masyarakat Tanah Air. Terlebih, kuliner Indonesia memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang karena kekhasan yang hanya dimiliki oleh masyarakat Indonesia.

"Ini PR kita bagaimana agar ekonomi digital, e-commerce itu tidak hanya besar karena kita sebagai pangsa pasarnya tetapi bagaimana kita ambil bagian dalam produksinya. Industri makanan punya konten lokal yang sulit ditiru produsen luar negeri," sebutnya.

Bekraf meluncurkan platform digital Food Startup Indonesia dalam upaya mendorong pengembangan usaha rintisan (startup) subsektor kuliner. Platform digital melalui www.foodstartupindonesia.com dibuka bagi para pendaftar hingga 26 Juni 2018.

FSI adalah acara yang digelar Bekraf untuk meningkatkan subsektor kuliner dengan menghubungkan startup kuliner kepada ekosistem kuliner terpadu serta meningkatkan akses permodalan non perbankan.

Untuk mendaftar FSI 2018, usaha kuliner harus sudah berdiri dan dijalankan. Usaha kuliner juga harus memiliki kebutuhan pendanaan tahap awal maupun berkembang serta memiliki inovasi, berbasis teknologi dan memiliki dampak sosial.

Kegiatan yang telah dilakukan sejak 2016 itu akan memilih 100 startup kuliner yang siap dan berkualitas untuk mengikuti rangkaian kegiatan Demoday pada Juli mendatang. Di tahapan final, usaha kuliner akan berkesempatan menarik minat potensial investor untuk berinvestasi pada bisnis mereka.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement