REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur Marius Ardu Jelamu mendukung penataan arus kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo (TNK) dengan pola terjadwal. Itu menyusul jumlah kunjungan ke TNK yang semakin membludak.
"Kunjungan wisatawan ke TNK memang perlu dijadwalkan sehingga dalam satu periode waktu kunjungan wisatawan tidak membludak," kata Marius Ardu Jelamu saat dihubungi di Kupang, Rabu (24/1).
Ia mengatakan hal itu terkait rencana Otoritas TNK melakukan pembatasan kunjungan wisatawan ke objek wisata langka itu, sekaligus menaikan tarif masuk ke TNK berdasarkan pembagian rayon.
Marius mengaku pihaknya mendukung upaya penataan arus kunjungan wisatawan ke salah satu dari 10 destinasi unggulan nasional itu agar populasi satwa Komodo (varanus komodoensis) yang menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia (New7 Wonders) itu tidak tercancam punah.
"Saya kira rencana Otoritas TNK untuk menata arus kunjungan ini sangat baik, pada intinya jumlah kunjungan memang harus diatur karena kalau ratusan orang masuk serentak maka dikhawatirkan akan mengganggu ekosistem binatang purba tersebut," katanya.
Ia mengatakan, upaya ini juga menjawab keluhan yang diterimanya dari wisatawan mancanegara yang menginginkan agar pola kunjungan ke TNK ditata kembali.
Menuru Marius, pembatasan itu bukan berarti melarang orang-orang untuk masuk ke destinasi setempat, namun terkait pengaturan jadwal kunjungan agar tidak membludak. "Misalnya untuk dua sampai tiga jam pertama sekian orang, kemudian jam berikutnya masuk lagi, dan seterusnya," katanya menjelaskan.
Menurutnya, pengaturan pola kunjungn secara terjadwal akan membuat satwa Komodo tidak setiap saat berahadapan dengan manusia dalam jumlah besar.
Hal ini untuk menghindari dampak yang ditimbulkan terhadap ekosistem dan populasi Komodo itu sendiri seperti mengalami stres, tertekan, jatuh sakit, dan sebagainya. "Apalagi kalau sampai muncul banyak wisatawan membawa barang-barang seperti kamera, warna-warni pakaian dan lainnya," katanya.
Ia mengatakan, sementara bagi wisatawan yang tidak masuk pada jadwal kunjungan tertentu, bisa memanfaatkan waktu untuk mengunjungi destinasi lainnya di sekitar TNK sehingga tujuan wisata juga bervariasi dan menyebar.
Lebih lanjut, Marius juga mendukung rencana Otoritas TNK untuk menaikan tarif kunjungan wisatawan terutama pada rayon tertentu yang dinilai masih sangat rendah. "Destinasi sekelas TNK yang sudah mendunia itu memang masing sangat murah dibandingkan di daerah atau negara lainnya sehingga harus diatur sehingga tetap mendatangkan devisa negara," katanya.
Menurutnya, wisata melihat satwa Komodo merupakan hal yang unik karena hanya satu-satunya di dunia, sehingga upaya menaikkan tarif merupakan hal yang wajar yang tentu sudah melalui pengkajian dari pihak otoritas.
"Dibandingkan destinasi yang sudah mendunia lainnya di Eropa, Amerika, dan lainnya itu tarifnya bukan bunyinya seratusan ribu melainkan lebih besar dari itu," katanya mencontohkan.