Selasa 23 Jan 2018 02:00 WIB

Bintang Pop Ternama Korut Gelar Tur di Korsel

Kunjungan bintang pop Korut ini sempat menimbulkan penolakan dari warga Korsel.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Nidia Zuraya
Hyon Song-wol (kiri), pimpinan band perempuan Korea Utara, tiba di hotel Beijing, Cina, Jumat (11/12).
Foto: EPA
Hyon Song-wol (kiri), pimpinan band perempuan Korea Utara, tiba di hotel Beijing, Cina, Jumat (11/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Penyanyi utama grup musik wanita ternama di Korea Utara (Korut), Hyon Song Wol, mengunjungi Seoul pada Senin (22/1) waktu setempat. Hyon mengunjungi tempat rombongan seni Korea Utara, dimana mereka akan tampil pada Olimpiade Musim Dingin bulan depan.

Hyon dan enam warga Korea Utara lainnya, dikawal dengan pengamanan yang ketat saat mereka melintasi ibukota Korea Selatan, yang diikuti oleh berbagai media massa.

Di sebuah negara di mana K-pop menduduki tingkat tertinggi Korea Selatan tersebut, perjalanan Hyon tampaknya telah menciptakan badai yang sempurna bagi media Korea Selatan. Dimana, seorang musisi muda yang menarik, melakukan kunjungan dengan membawa implikasi geopolitik.

Hyon yang merupakan anggota grup musik wanita populer di Korut, Moranbong, yang pernah digosipkan berkencan dengan Kim Jong Un. Dilaporkan juga, ia pernah akan dieksekusi oleh penguasa Korut tersebut pada 2013 lalu.

Hyon terpampang di halaman depan banyak surat kabar dan majalah Korea Selatan, sementara stasiun TV sering menayangkan liputan mengenai Hyon. Minat yang besar atas kunjungan Hyon, diperlihatkan hingga hal terkecil sekalipun.

Bahkan TV Korea Selatan, YTN melaporkan kegiatan Hyon yang memakan sup ikan untuk sarapan paginya. Sementara stasiun TV lain menganalisis mengenai kopi yang diminum Hyon.

Hyon hadir untuk memimpin rombongan seni Korea Utara yang akan mengikuti Pyeongchang Games. Dimana pengikutsertaan Korea Utara pada olimpiade tersebut merupakan perkembangan relasi yang datang berkat negosiasi tatap muka antara Seoul dan Pyongyang yang dilakukan baru-baru ini, yang merupakan negosiasi pertama dalam waktu hampir dua tahun.

Kunjungan Hyon tersebut sempat menimbulkan penolakan dengan adanya 30 hingga 40 pemrotes, yang mencoba membakar gambar Kim Jong Un dan bendera Korea Utara, pada Senin (22/1) waktu setempat.

Sekelompok kecil pemrotes juga bentrok dengan polisi yang menjaga Hyun dan rombongannya dari delegasi Korea Utara. Pemrotes banyak datang dari kalangan tua, dimana mereka merupakan orang Korea Selatan konservatif yang sebagian besar menentang strategi Presiden Korea Selatan Moon Jae-in untuk meningkatkan hubungan baik dengan Korea Utara.

"Media lokal dan industri berita harus meluruskan permasalahan mereka. Kami melawan Korea Utara yang datang ke sini," teriak pemrotes, seperti yang dilansir di CNN, Senin (22/1).

Seorang profesor di Sekolah Tinggi Hubungan Internasional Universitas Yonsei, John Delury mengatakan, penolakan Korea Utara di Korea Selatan menunjukkan adanya hubungan yang canggung antara kedua negara tersebut.

"Apa yang kami lihat adalah reaksi yang sangat kompleks dari pihak masyarakat Korea Selatan, hingga tiba-tiba mendekati Korea Utara kembali dengan cara yang sebenarnya belum pernah terjadi dalam 10 tahun terakhir," kata John.

Tapi ia mengingatkan agar tidak terlalu banyak melawan pemrotes dan kerumunan orang yang ada di sekitar Hyon. "Ada beberapa tingkat distorsi media, karena kamera menyukai orang yang menarik," katanya.

"Orang yang saya ajak bicara, ada beberapa ambivalensi. Secara keseluruhan, kebanyakan orang melihat ini (partisipasi Korea Utara di Olimpiade) sebagai hal yang baik, tapi tidak seperti orang yang terpaku menyaksikan TV mereka untuk mengamati langkah selanjutnya dari Hyon," tambah John.

Terdapat situasi dramatis dalam hubungan antara kedua negara tersebut, sejak awal tahun ketika dibukanya kembali dialog, dengan berbicara mengenai keterlibatan Korea Utara di Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korea Selatan. Dimana setelahnya kedua negara tersebut sepakat untuk melakukan pembicaraan militer.

Selama akhir pekan, Komite Olimpiade Internasional (IOC) menyetujui beberapa proposal yang diajukan oleh Pyongyang dan Seoul untuk partisipasi Korea Utara dalam Olimpiade.

Pertama, IOC mengumumkan bahwa mereka akan, memberikan akreditasi bagi 22 atlet Korea Utara, 24 pejabat Korea Utara dan 21 perwakilan media dari negara komunis yang dikenal tertutup tersebut. Kedua, IOC memungkinkan kedua negara untuk berbaris di bawah bendera terpadu.

Ketiga, IOC menyetujui pembentukan tim hoki es wanita bersatu. Sementara, keempat, IOC mengizinkan dua pemain skate Korea Utara, dua pemain skater untuk lomba kecepatan pendek, tiga pemain ski lintas negara dan tiga pemain ski alpine untuk bersaing dalam Olimpiade.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement