REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Wajah Sultan al-Otaibi berseri-seri. Ia beserta istri dan anaknya baru saja selesai menonton film The Emoji Movie pada Ahad (14/1) malam lalu. Warga Arab Saudi ini mengaku senang karena bisa merasakan menonton film bersama dengan masyarakat lain di Jeddah daripada menyetel film sendiri di rumah.
Bagi warga Arab Saudi, menonton film di tempat umum, terlebih di bioskop, adalah sebuah kemewahan. Selama 35 tahun terakhir pemerintah Arab melarang pembangunan bioskop dan penampilan hiburan untuk publik. Akibatnya, ribuan warga di negara ini harus pergi ke Bahrain, Uni Emirat Arab, atau negara tetangga lain demi bisa menonton film di bioskop.
"Menonton film seperti ini (di bioskop) lebih nyaman dan menyenangkan. Sungguh mengasyikkan melihat dari layar yang lebih lebar dan menjadikannya aktivitas di akhir pekan. Langkah ini terbilang terlambat, namun kami bersyukur kepada Tuhan akhirnya terjadi perubahan," kata Sultan al-Otaibi dilansir dari Reuters, Senin (15/1).
Baca juga: The Emoji Movie Film Pertama Tayang di Bioskop Arab Saudi
Pemutaran film The Emoji Movie di Jeddah akhir pekan lalu tidak dilakukan di bioskop, namun mengambil tempat yang diubah sementara menjadi semacam bioskop. Lokasinya berada di aula milik pemerintah yang tak jauh dari Laut Merah. Di aula tersebut ditempatkan proyektor, karpet merah, dan mesin penjual pop corn.
Setelah lebih dari tiga dekade menerapkan kebijakan konservatif, kini di bawah pemerintahan Raja Salman negara lebih melunak. Raja berusia 32 tahun itu ingin melebarkan sumber pendapatan negara dan memberikan kebebasan lebih banyak kepada warganya. Ia berharap negara bisa mengurangi ketergantungan dari minyak dan menggali sumber pendapatan baru.
Kebijakan ini sekaligus dapat menahan uang rakyat Arab Saudi sehingga uang tetap berputar di dalam negeri. Karena mereka tidak perlu pergi ke luar negeri untuk menikmati film di bioskop dan bersenang-senang.Pemerintah di bawah Raja Mohammad bin Salman secara bertahap akan membangun 300 bioskop dengan dua ribu layar. Diperkirakan pembangunan akan selesai pada tahun 2030.
Kendati mengizinkan pemutaran film untuk publik, tayangan-tayangan yang ditampilkan harus melewati tahap sensor terlebih dahulu. Langkah tersebut demi menjaga film agar tetap menampilkan adegan-adegan yang sesuai dengan nilai-nilai moral keagamaan.
"Aku ingin melihat semuanya karena ini adalah hal baru bagi warga Saudi," kata Ibtisam Abu Talib yang merupakan seorang pencinta film. "Aku harap semua jenis film tersedia. Mulai dari film action, drama romantis, anak-anak, dan komedi. Semuanya," kata pria 30 tahun tersebut.