Selasa 26 Dec 2017 19:58 WIB

Cerpen 'Tiga Paragraf' Mulai Miliki Penggemar

Ilustrasi suasana pelatihan menulis.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ilustrasi suasana pelatihan menulis.

REPUBLIKA.CO.ID, BONDOWOSO -- Cerpenis asal Kabupaten Sumenep, Lilik Soebary, mengemukakan bahwa saat ini cerpen tiga paragraf yang dikenal dengan pentigraf mulai banyak diminati oleh pembaca dan para penulisnya.

"Mungkin belum semua orang penikmat karya fiksi mengenal pentigraf ini, tapi sudah mulai banyak pembaca yang meminati. Penulisnya juga mulai banyak yang memilih karya seperti ini," kata Lilik saat bincang santai tentang kepenulisan di Bondowoso, Jawa Timur, Selasa.

Lilik yang hadir bersama budayawan Madura, Syaf Anton WR ini menjelaskan sepengetahuan dirinya pentigraf mulai populer tahun 2015. Pentigraf dikembangkan oleh pakar sastra dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Dr Tengsoe Tjahjono.

Menurut Lilik, banyaknya peminat pentigraf ini barangkali bersesuaian dengan semakin sempitnya waktu yang dimiliki oleh masyarakat masa kini dalam menikmati karya sastra. "Kalau membaca cerpen mungkin terlalu panjang, sementara pentigraf, tiga paragraf saja sudah mendapatkan esensi dari tulisan kita," kata perempuan penulis yang juga berprofesi sebagai guru di sekolah dasar di Kabupaten Sumenep, Madura, ini.

Syaf Anton menambahkan bahwa pentigraf itu beda dengan cerita mini atau cermin. Kalau cermin cenderung lebih panjang dari pentigraf. "Pemilihan tiga paragraf ini bagus sekali. Karena kalau misalnya lima paragraf, maka kepraktisannya akan hilang. Karena yang dua paragraf akan diisi dengan apa? Tiga paragraf ini sudah pas, yakni berisi pembuka, inti dan penutup alias ending," katanya.

Hanya saja, kata Lilik, media massa arus utama di Tanah Air belum mengakomodasi karya sastra pentigraf, karena tidak menyediakan ruang pemuatan karya. "Selama ini kami hanya menyoliasasikan karya lewat buku berupa antologogi dan media sosial. Di media sosial luar biasa sambutan dan apresiasi pembaca," katanya.

Sebagai penulis, ia mengakui ada tantangan tersendiri dalam menghasilkan karya pentigraf karena harua memeras alur cerita yang panjang menjadi hanya tiga paragraf. "Meskipun hanya tiga paragraf, pentigraf ini tetap memiliki alur cerita juga," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement