REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sejumlah seniman Bengkulu menggagas pertemuan sastra level Asia Tenggara. Acara yang dinamakan Festival Sastra Bengkulu direncakan digelar di Bengkulu pada 2018.
“Waktu pastinya sedang kami diskusikan. Harapannya bisa diadakan bertepatan dengan ulang tahun Kota Bengkulu pada akhir Februari 2018. Kami pun sudah melakukan berbagai persiapan,” kata Ketua Panitia, Willy Ana, kepada pers di sebuah kafe di Jakarta, Sabtu (23/12).
Salah satu persiapan, menurut Willy Ana, mengumpulkan puisi-puisi dari penyair Indonesia dan Asia Tenggara. Mereka diundang untuk menulis puisi bertemakan “Soekarno, Cinta dan Sastra.”
“Tema itu dipilih karena Soekarno punya sejarah penting dengan Bengkulu. Sang Proklamator pernah diasingkan ke Bengkulu. Di Bengkulu Bung Karno bertemu dengan Fatmawati yang kemudian menjadi istrinya,” ujar penyair asal Bengkulu yang berdomisili di Jakarta ini dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (23/12).
Kedua tokoh ini, Willy Ana menambahkan, punya peran penting dalam kemerdekaan. “Bung Karno bersama Mohammad Hatta membaca proklamasi, sementara Fatmawati menjahit bendera. Dalam konteks inilah tema festival ini kami angkat untuk memberi inspirasi cinta Tanah Air kepada generasi muda. Sekaligus mempromosikan seni-budaya Bengkulu ke publik lebih luas,” tuturnya.
Puisi-puisi dari sastrawan dalam dan luar negeri itu akan dibukukan dan diluncurkan dalam kegiatan festival tersebut. Adapun proses kurasinya ditangani oleh sastrawan nasional, antara lain Ahmadun Yosi Herfanda, Hudan Hidayat dan Iwan Kurniawan. “Penyair yang puisinya lolos kurasi akan menjadi peserta Festival Sastra Bengkulu.” .
Hingga kini sudah ada puluhan puisi yang masuk dari sastrawan dari berbagai daerah di Indonesia. Beberapa di antara mereka yang sudah mengirim puisi adalah penyair-penyair terkemuka Indonesia seperti Rida K. Liamsi (Pekanbaru), Iyut Fitra (Sumatera Barat), Bertholld Sinaulan (Jakarta), Petra Sastra (Bengkulu) dan lain-lain. Bagi penyair yang ingin berpartisipasi bisa mengirim tiga puisi sesuai tema di atas lewat email:[email protected] paling lambat 15 Januari 2018.
Selain penerbitan buku puisi, acara diwarnai baca puisi, wisata budaya ke rumah Soekarno, Fatmawati, dan lain-lain. Acara lain yang direncanakan adalah pembacaan puisi massal melibatkan ribuan pelajar, sastrawan dalam dan luar negeri yang diiringi musik dol di Pantai Panjang. “Kami sedang menjajaki kemungkinan untuk memecahkan rekor MURI,” ujarnya.
Willy Ana berharap acara itu dapat dibuka oleh salah seorang perwakilan keluarga Bung Karno. “Kami sedang berusaha untuk menjalin komunikasi dengan keluarga Sang Proklamator,” ujarnya.
Ia berharap Pemerintah Provinsi Bengkulu dan Pemerintah Kota Bengkulu dapat memberi dukungan terhadap acara ini. Jika acara ini sukses dapat mengangkat nama Bengkulu sekaligus seni-budaya Bengkulu ke forum Asia Tenggara.
Menurut Willy, acara ini dia gagas bersama Hudan Hidayat dan Iwan Kurniawan. Pelaksanaannya bekerja sama dengan Imaji Indonesia, Kedai Proses, Spirit Kita, dan komunitas sastrawan-seniman di Bengkulu.
Festival itu didukung Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN). “Acara ini penting sebagai upaya memperkuat nilai-nilai budaya dalam berbangsa dan bernegara dengan semangat Pancasila dan kebhinnekaan,” kata Benny Poelem, salah seorang anggota pengurus KSBN Pusat.
Koordinator acara di Bengkulu, Edi Ahmad, mengatakan pihaknya terus melakukan berbagai persiapan di Bengkulu. “Kami pun terus menjalin komunikasi dengan berbagai pihak untuk mendukung acara ini,” ujar salah seorang seniman Bengkulu ini.