Kamis 14 Dec 2017 17:29 WIB

Orang Indonesia Suka Belanja Barang Bekas

Rep: Nora Azizah/ Red: Indira Rezkisari
Barang yang sudah tidak terpakai selalu bisa dijual kembali di pasar preloved.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Barang yang sudah tidak terpakai selalu bisa dijual kembali di pasar preloved.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di akhir 2017, Carousell melakukan penelitian terhadap 1.000 konsumen Indonesia di wilayah Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dan Medan untuk mengetahui perilaku terhadap tren barang bekas layak pakai di dalam negeri. Responden berusia antara 20 sampai 40 tahun yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan, serta memiliki penghasilan rata-rara Rp 5 juta sampai Rp 8 juta per bulan.

Co-founder dan Presiden Carousell Marcus Tan menjelaskan, pasar barang bekas di Indonesia akan terus berkembang. "Bahkan Indonesia memiliki potensi pasar barang preloved terbesar saat ini dari beberapa negara yang sudah kami sambangi," jelas Marcus dalam acara Media Gathering Carousell di Jakarta, Rabu (13/12).

Karakteristik konsumen di Indonesia dan negara lain tidak berbeda dalam menilai barang bekas berkualitas. Alasan mereka berburu barang preloved karena harga yang menarik dan mencari produk unik yang sulit ditemukan. Misalnya, barang vintage dan klasik yang saat ini tidak ditemukan di toko atau e-commerce.

Dari hasil penelitian Carousell terhadap perilaku konsumen Indonesia terkait tren barang bekas berkualitas, serta motivasi membeli dan menjual produk, delapan dari 10 konsumen sangat terbuka untuk membeli barang bekas. Angka tersebut merupakan yang tertinggi di wilayah Asia Pasifik.

Alasan para konsumen membeli barang bekas, produk cenderung banyak diskon dan hemat biaya, serta keinginan tinggi menemukan barang yang sulit dicari. Hasil survei juga menyebutkan, 82 persen responden memiliki sekitar 29 barang tidak terpakai di rumah.

Jenis barang yang paling sering disimpan, yakni produk mainan atau permainan papan, barang mode, dan buku. Sebanyak 39 persen responden mengaku bahwa alasan menyimpan barang disebabkan adanya nilai sentimental di dalamnya. Nilai tersebut berupa kenangan sehingga sulit melepaskannya.

Meski demikian beberapa responden mengaku termotivasi untuk menjual barang bekas berkualitas miliknya. Sebanyak 63 persen berpikir bisa menghasilkan sekitar Rp 5 juta, dan 16 persen lainnya sebanyak Rp 10 juta dari penjualan barang bekas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement