REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK -- Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Lombok, kini memiliki atraksi budaya baru. Duel tradisional Lombok, Peresean siap mengisi kalender event wisata di Lombok Tengah.
Launching Festival Peresean berlangsung di Pantai ITDC, Tanjung An, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu, (23/11). Bibir pantai Tanjung An, Lombok Tengah berubah menjadi arena gladiator.
Dinas Pariwisata Lombok Tengah menjadi penggagas Festival Peresean 2017. Event budaya ini berputar mulai 23 sampai 25 November 2017. Parasean salah satu atraksi budaya andalan di Lombok Tengah. Duel ini selalu mendapat atensi luas masyarakat setempat. Seperti pada opening caremony Festival Peresean 2017, warga sekitar pantai Tanjung An berbondong-bondong datang ke arena pertandingan.
Sebelum duel, masing-masing tim dari kedua kubu melakukan ritual khusus. Mereka membentuk lingkaran sambil memanjantkan doa-doa. Bahkan, salah satu anggota memegang senjata tongkat rotan sambil meniupkan mantra.
Para pepadu (petarung) turun gelanggang bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan tameng kayu (perisai). Setiap partai terdiri dalam 3 ronde, masing-masing ronde selama satu menit. Luka sabet di setiap bagian tubuh tidak membuat nyali pepadu ciut, sebaliknya mereka semakin panas untuk membalas serangan lawan.
Atraksi ini semakin semarak dengan iringan gamelan. Partai semakin seru saat penonton masuk ke gelanggang dengan selembar uang seratus atau 50 ribu di tangan. Uang "kaget" dari penonton praktis semakin membakar semangat peserta untuk memukul lawan. Tepuk-tangan dan teriakan semangat dari penonton membuat peresean semakin mendekati titik mencapai klimaks.
Kepala Dinas Pariwisata Lombok Tengah, Lalu Putria menjelaskan, secara garis besar Festival Peresean ini bertujuan melestarikan adat dan kesenian suku sasak. Peresean menjadi salah media mendongkrak pamor Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Mandalika.
“Bukan cuma sebagai hiburan bagi wisatawan lokal maupun asing di KEK, tapi lebih dari itu Festival Peresean ini menjadi promosi dari KEK Mandalika,” ujar Lalu di sela-sela upacara pembukaan.
Debut pada 2017, Festival Parasean ini mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pariwisata RI. Deputi Bidang Pengembangan Pariwisata Nusantara RI, Esthy Reko Astuti, menanggapi positif Festival Peresean ini.
Pertunjukan bela diri dari Lombok ini bisa mempercepat popularitas destinasi KEK Mandalika. Menurut Esthy, peresean menjadi promosi gratis untuk mendongkrak popularitas kawasan KEK Mandalika.
“Lebih luas lagi, Festival Peresean ini sebagai salah satu bentuk promosi KEK Mandalika. Seperti telah diinstruksi Presiden Joko Widodo, KEK Mandalika termasuk 10 destinasi prioritas atau 10 Bali Baru,” papar Esthy didampingi Kasubbid Promosi Wisata Pantai dan Pesisir, I Nyoman Wija Sugiantara.
Esthy melanjutkan, ke depan Festival Peresean ini bisa menjadi agenda wisata budaya andalan di Lombok Tengah, terutama di KEK Mandalika. Sebab budaya menjadi tulang punggung bisnis wisata di Indonesia.
“Portofolio bisnis pariwisata Indonesia bertumpu pada potensi budaya (culture) mempunyai porsi paling besar 60 persen, alam 35 persen, dan manmade lima persen.
I Nyoman menambahkan, ke depan ajang ini bisa berkesinambungan . Namun, dia mengingatkan agar unsur 3A (Atraksi,Amenitas, dan Aksesbilitas) seperti arahan Menteri Pariwsata, Arief Yahya benar-benar diperhatikan. “Agar ke depan, atraksi wisata budaya peresean ini berlanjut, bahkan bisa menjadi agenda pariwisata reguler di KEK Mandalika,"katanya.
Terpisah, Menteri Pariwisata Arief Yahya antusias dengan atraksi wisata baru, peresean di KEK Mandalika. ”Peresean ini termasuk dalam kategori atraksi berbasis budaya. Atraksi ini salah satu daya pikat orang untuk datang ke destinasi tersebut" kata Arief.
sumber : Kemenpar
Advertisement