Kamis 16 Nov 2017 13:19 WIB

Tren Kunjungan Wisman Positif, Bali Siap Sambut Peak Seasons

Pariwisata Bali bukan cuma dari alamnya, budaya seperti pawai Ogoh-Ogoh sebelum Nyepi juga menarik minat wisatawan.
Foto: EPA
Pariwisata Bali bukan cuma dari alamnya, budaya seperti pawai Ogoh-Ogoh sebelum Nyepi juga menarik minat wisatawan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pencapaian target jumlah kunjungan 15 juta wisatawan mancanegara (wisman) di tahun 2017 terus menunjukkan tren yang positif. Langkah Menpar Arief Yahya untuk mewujudkan sektor pariwisata sebagai leading sector perekonomian bangsa semakin nyata.

Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata Nusantara, I Gde Pitana mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga periode September 2017 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mencapai 10.458.299. Jumlah ini naik secara signifikan sebesar 25,05 persen dibandingkan dengan capaian tahun lalu.
 
"Sedangkan untuk periode September naik 20,47 persen dibandingkan bulan yang sama pada tahun lalu," ujar I Gde Pitana, didampingi Sekretaris Deputi BP3M, Ni Wayan Giri Adnyani.
 
Kenaikan tersebut, ujar Pitana, tentunya sangat positif. Dibanding ASEAN yang pertumbuhannya hanya 6,5 persen dan dunia yang pertumbuhannya hanya lima persen, angka 26 persen kedatangan wisman ke Indonesia tentunya cukup untuk membuat optimisme itu terjaga.
 
"Apakah kenaikan itu besar? Tentunya relatif. Tapi bagi saya ini adakan kenaikan yang optimal karena target (wisman) kita kenaikannya 26 persen. Yakni dari 12 juta di tahun lalu menjadi 15 juta di tahun ini," ujar Pitana.
 
Lalu pertanyaanya, apakah target 15 juta wisman akan dapat tercapai? Berdasarkan hitungan yang ada, target akumulatif hingga September 2017 adalah 9,9 juta. Namun pada kenyataanya mencapai 10,458 juta. Artinya hingga September pencapaian target wisman sudah mencapai 105 persen.
 
"Dari angka itu, saya optimis tercapai. Walaupun harus melihat data di bulan Oktober karena adanya gangguan Gunung Agung di Bali," kata Pitana.
 
Ia mengatakan, selama satu bulan lebih sejak 23 September 2017 hingga 29 Oktober 2017, status Gunung Agung ditetapkan dalam level awas. Hal tersebut dikatakan Pitana tentunya memberikan dampak terhadap kunjungan ke Bali, yang merupakan destinasi terbesar penyumbang wisman.
 
"Ini banyak menimbulkan pertanyaan di luar, sehingga ada sedikit pembatalan kunjungan, tapi tidak drastis," ujar Pitana.
 
Di bawah arahan langsung Menpar Arief Yahya, kala itu dibentuk Bali Tourism Hospitality Task Force untuk mengantisipasi pemenuhan kebutuhan wisatawan. Yaitu aksesibilitas (pengantaran), akomodasi (penginapan), dan atraksi (hiburan) sekaligus pemantauan dan penanganan isu yang berkembang di media massa terkait perkembangan Gunung Agung.
 
"Kita selalu sampaikan bahwa kehidupan di Bali Normal. Yang tidak diperbolehkan aktivitas hanya 9 kilometer dan 12 kilometer dari puncak yang kemungkinan terkena lava panas jika meletus. Dan sejak jelasin itu, cancellation tidak lagi. Kedatangan kembali normal," ujar Pitana.
 
Bahkan pada beberapa kesempatan promosi dan travel market di luar negeri promosi Bali sudah semakin intensif. Minat market pun sudah semakin kuat. Termasuk di negara-negara yang dengan karakter masyarakatnya dapat memutuskan perjalanan dalam waktu yang relatif cepat seperti Australia.
 
"Promosi Bali is back. Target 15 juta, kalau tidak ada gangguan lainnya tentu saya optimistis," ujar Pitana.
 
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan kini Bali telah siap menyambut wisatawan. Ia mengatakan, dengan menurunnya status Gunung Agung menjadi "Siaga" akan mendorong minat wisatawan mancanegara berkunjung ke Bali semakin tinggi. Terutama menjelang liburan akhir tahun November dan Desember 2017 hingga Januari 2018 yang masuk dalam peak seasons.
 
Untuk ini Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menggencarkan strategi marketing dan promosi ke pasar-pasar potensial antara lain; Tiongkok, Singapura, Australia Malaysia, dan Jepang sebagai top lima market.
 
Kegiatan promosi di antaranya dilakukan dengan menyelenggarakan kegiatan perjalanan wisata pengenalan (famtrip) dengan mengundang  media dan tour operator dari masing-masing pasar potensial tersebut. 
 
Famtrip oleh sembilan media Cina dengan mengunjungi objek wisata di Bali dalam rangka memberikan informasi yang aktual dan faktual tentang kondisi Bali pasca aktivitas Gunung Agung, untuk mencitrakan Bali yang siap menyambut kunjungan di akhir tahun serta meningkatkan kunjungan wisman dari Tiongkok. "Bali siap menyambut peak seasons," ujar Menpar Arief Yahya mantab.
 
Hingga September 2017 tercatat wisman dari Cina masih menjadi wisman dengan pertumbuhan tertinggi. Yakni sebesar 1.607.615 atau naik 45,68 persen, diikuti Jepang sebesar 416.040 (naik 6,46 persen), Australia sebesar 918.957 (naik 1,38 persen), Malaysia sebesar 885.412 (turun 0.16 persen), dan Singapura sebesar 1.067.242 (naik 0,36 persen).

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement