Selasa 07 Nov 2017 16:13 WIB

Malam Midodareni, Malam Pingitan Pengantin Jawa

Rep: Taufiq Alamsyah Nanda/Friska Yolandha/ Red: Indira Rezkisari
Presiden Joko Widodo dan istrinya Irana Widodo, ditemani putranya Gibran dan Kaesang, usai siraman Kahiyang Ayu, Selasa (7/11).
Foto: Antara
Presiden Joko Widodo dan istrinya Irana Widodo, ditemani putranya Gibran dan Kaesang, usai siraman Kahiyang Ayu, Selasa (7/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prosesi siraman pada rangkaian perkawinan Kahiyang Ayu sudah selesai. Sore ini keluarga bersiap untuk acara midodareni atau malam pingitan.

GKR Wandansari yang akrab disapa Gusti Moeng, atau adik Paku Buwono XIII, menjelaskan setelah siraman pula calon pengantin wanita dipingit. Momen tersebut menjadi waktu bagi calon pengantin untuk mempersiapkan diri lahir dan batin.

Malam pingitan itu pun disebut midodareni. "Mereka akan memasuki tahapan kehidupan yang baru, bangun rumah tangga, pasti harus disiapkan lahir batin," katanya.

Pada malam midodareni, calon pengantin laki-laki datang ke rumah calon mertua (njonggol). Tujuannya menampakkan diri ke calon mertua dan menyatakan kemantapan hatinya untuk menikah dengan putri mereka. Sementara itu, calon pengantin wanita di dalam kamar juga ditanyai kemantapan hatinya.

Kepala Bidang Informasi dan Promosi Anjungan Jawa Tengah Taman Mini Indonesia Indah, Retno Palupi, menambahkan biasanya pada malam midodareni calon pengantin wanita akan ditemani oleh teman-temannya yang lajang. Selama midodareni pula calon pengantin tidak boleh bertemu satu sama lain.

"Karena itu biasanya teman-teman gadisnya akan berkumpul di situ. Saat itu akan berikan nasi tumpeng untuk dibagikan kepada tamu tamu atau teman temannya," kata Retno.

Pada malam midodareni calon pengantin akan mempersiapkan diri untuk melepas masa lajangnya. Di malam itu calon pengantin akan dilepas menempuh hidup baru oleh kerebat-kerabatnya.

Biasanya di malam midodareni, keluarga kedua belah pihak akan saling mengirimkan hantaran atau seserahan kepada calon pengantin. Sedangkan ritual dodol dawet atau dagang dawet tidak akan ada lagi di midodareni.

Ritual dodol dawet hanya ada di siraman. Retno mengatakan, usai siraman bapak dan ibu dari calon pengantin wanita akan berjualan dawet atau minuman sejenis cendol kepada tamu. Tamu bisa membelinya dengan uang dari tanah liat atau kreweng.

"Yang melayani pembeli adalah ibus edangkan yang menerima pembayaran adalah bapak. Hal ini mengajarkan kepada anak mereka yang akan menikah tentang bagaimana mencari nafkah sebagai suami istri, harus saling membantu," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement