Jumat 27 Oct 2017 14:14 WIB

Inovasi Perusahaan Ritel di Tengah Arus Globalisasi

Rep: Novita Intan/ Red: Gita Amanda
FamilyMart membuka toko ke-79 mereka di LTC Glodok.
Foto: Novita Intan/ REPUBLIKA
FamilyMart membuka toko ke-79 mereka di LTC Glodok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Potensi pasar yang menjanjikan di pusat elektronik, perkakas dan alat-alat teknik Kawasan Glodok menjadi daya tarik bagi FamilyMart untuk membuka toko ke-79 mereka di LTC Glodok. Perusahaan sektor usaha ritel modern ini terus berinovasi di tengah kerasnya arus globalisasi.

Property Division Head PT Fajar Mitra Indah, Dominic Kusniadi, mengatakan pihaknya dituntut bekerja dengan cara cepat, inovatif pada produk yang dijual serta kreatif dalam hal pemasaran.

“Di sini itu banyak pengunjung mal yang cocok untuk tipe convinence store yang butuh barang untuk keperluan sehari-hari maupun yang sekadar iseng untuk jajan,” ujarnya kepada Republika.co.id di Jakarta, Kamis (26/10) lalu.

Tahun ini menurutnya FamilyMart menargetkan memiliki hingga 100 toko. “Dengan pembukaan toko ke-79 di LTC Glodok, maka kami masih harus membuka 21 toko lagi untuk memenuhi target,” ucapnya.

Pada 2018 FamilyMart menargetkan membuka sekitar 50 toko yang semuanya berstatus toko milik sendiri dan berlokasi di Jabodetabek. Adapun nilai investasi sekitar Rp 800 juta – Rp 900 untuk setiap toko.

FamilyMart telah hadir di delapan negara termasuk Indonesia dengan jumlah toko lebih dari 24 ribu toko. Di Indonesia, pemegang tunggal lisensi FamilyMart dipegang oleh PT Fajar Mitra Indah.

FamilyMart Indonesia hadir dengan diferensiasi melalui desain interior-eksterior toko yang modern dan eksklusif, fasilitas hang-out yang disiapkan bagi pelanggan, serta varian lengkap produk kebutuhan sehari-hari, produk unggulannya yaitu Siomay, Dimsum, Pao, Fresh-Brewed Coffee, Green Tea Latte, dan Thai Tea.

Selain grand opening FamilyMart, dilakukan pembukaan store Lightplus CCTV. Bagi para pebisnis CCTV, hal ini merupakan peluang besar dan menjanjikan yang harus diambil.

Produk CCTV digunakan diberbagai segmen baik untuk segmen hunian, kantor, industri, ritel, maupun hotel. Saat ini pasar CCTV nasional mencapai Rp 2,4 triliun per tahunnya.

“CCTV kini bisa dibilang bukan barang mewah lagi. Banyak orang kini tak lagi melihat CCTV sebagai perangkat mahal dan sulit pemasangannya,” ungkapnya.

Menurutnya, hunian pribadi telah banyak memakai perangkat keamanan ini, meski sektor industri dinilai masih dominan khususnya berasal dari perbankan, high rise building, serta minyak dan gas. CCTV juga berperan sangat strategis dalam membantu pemerintah mewujudkan smart city, bentuknya berbagai macam mulai dari memonitor kemacetan, sampai yang terakhir tilang elektronik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement