REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNG PINANG -- Genderang kapal sudah ditabuh. Ini menandakan event Tanjung Pinang Internasional Dragon Boat Race (DBR) dimulai. Sebanyak 42 tim dari Indonesia dan Malaysia bersaing dalam perlombaan yang dihelat di Sungai Carang, Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri), Sabtu (21/10).
Warga pun atusias menonton perlombaan tersebut. Bahkan beberapa warga rela membawa sampan dan berlabuh di pinggiran sungai untuk menyaksikan para atlet dengan semangat mendayung kapalnya.
Dragon Boat Race yang merupakan rangkaian acara Festival Bahari Kepri ini dibuka dengan tari persembahan Makan Sirih yang dibawakan oleh 7 penari perempuan yang menggunakan pakaian khas Melayu berwarna merah. Alunan musik bernuansa Melayu mengiringi gerakan gemulai para penari.
Masyarakat yang telah berkumpul di tepi sungai mulai pun bersorak ketika tim-tim mulai mengayuh perahu naga mereka. Suasana menjadi lebih meriah dengan teriakan-teriakan warga ketika selisih jarak empat tim sangat tipis.
Wali Kota Tanjung Pinang, Lis Darmansyah mengatakan, DBR sebenarnya telah digelar sejak 1992 dengan nama Bintang Dragon Boat Race. Awalnya, perlombaan ini digelar di laut. Namun karena berbagai pertimbangan, acara ini digelar di Sungai Carang sejak 2014.
"Dragon Boat Race lahir dari kegiatan tradisi salah satu etnis di Tanjung Pinang. Acara yang mulanya tradisi kini telah dipoles dan dijadikan agenda tahunan Tanjung Pinang. Sejak 2014 digelar di Sungai Carang dengan standar internasional," kata Lis Darmansyah.
Pemindahan lokasi perlombaan ini dilakukan karena air Sungai Carang dinilai memiliki kelebihan dibanding air laut. Perairan di Sungai Carang lebih tenang karena tidak terganggu dengan gelombang kapal. Sungai ini juga dinilai memiliki jalur lomba yang cukup untuk menggelar pertandingan berstandar internasional.
Selain karena permukaan airnya yang relatif tenang, Sungai Carang juga dipilih karena memiliki nilai historis kerajaan Melayu yang kuat. Selain itu, ajang kompetisi ini juga terinspirasi dari budaya dan tradisi rakyat pada masa lalu.
"Di dekat Sungai Carang ini terdapat bekas pusat kerajaan Melayu. Ada situs Istana Kota Rebah. Generasi dahulu memiliki kehidupan yang sangat erat dengan laut," kata Lis.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti mengatakan Kemenpar mengapresiasi perlombaan yang telah hadir selama empat tahun ini. Menurutnya, dibanding dengan acara dragon boat yang diselenggarakan daerah lainnya, dragon boat milik Tanjung Pinang memiliki peserta terbanyak.
"Kita sering mengadakan dragon boat race, tapi ini yang terbanyak pesertanya. Setiap tahun pesertanya selalu meningkat, untuk tahun depan mungkin hadiahnya perlu kita tingkatkan. Saat ini ada 5 tim dari Malaysia, bila 1 tim berisi 20 orang, sudah masuk 200 wisman. Kami siap mendukung supaya banyak tim luar negeri yang hadir. Karena ini menjadi target kami dalam rangka meningkatkan kunjungan wisman, tahun ini 15 juta," ujar Esthy.
Selain lomba perahu naga, acara juga diramaikan dengan lomba kayak dan lomba yel-yel tingkat SMP di Tanjung Pinang, hingga barongsai. Festival Sungai Carang 2017 masih akan berlanjut hingga Sabtu 21 Oktober 2017 dengan rangkaian kegiatan yang tak kalah seru.
Di kegiatan yang sama, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tanjungpinang Reni Yusneli menjelaskan, acara yang merupakan rangkaian kegiatan Festival Bahari Kepri tersebut akan dilaksanakan hingga 22 Oktober. "Final dan penutupan akan kita laksanakan 22 Oktober mendatang," katanya.
Menurutnya, hadiah yang disiapkan sebanyak Rp 150 juta untuk DBR. Acara tersebut juga dimeriahkan dengan lomba kayak kano dengan hadiah yang disipkan Rp 15 juta. Kemudian dilokasi acara juga dilaksanakan lomba yel-yel untuk siswa SMP dengan hadiah disiapkan pihak sponsor.
Reni juga mentakan iven yang diikuti 42 tim tersebut sudah lebih baik dari tahun sebelumnya. Memang untuk tim luar negeri sebanyak lima tim dari Malaysia. Sedangkan Singapura tidak bisa ikut berpartisipasi. Karena saat bersamaan juga ada lomba di Cina. "Mereka sudah mendaftar disana," katanya.
sumber : Kemenpar
Advertisement