Senin 23 Oct 2017 01:10 WIB

Gara-Gara Lelucon Jual Anak di Twitter

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Aplikasi Twitter di dalam smartphone. Ilustrasi.
Foto: Guardian.co.uk
Aplikasi Twitter di dalam smartphone. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JACKSON -- Sebagian orang tua menganggap biasa ketika membuat lelucon tentang anak-anak mereka di media sosial. Namun, jika berlebihan, humor yang dimaksudkan untuk bercanda bisa berbalik jadi masalah.

Sebab, media sosial adalah pedang bermata dua yang kontennya bisa dimaknai berbeda oleh warganet yang menyimaknya. Hal tersebut dialami Alex McDaniel, seorang ibu sekaligus wartawan asal Jackson, Mississippi, Amerika Serikat.

Beberapa saat lalu, McDaniel menceritakan cerita lucu tentang percakapan dengan putranya yang masih balita. Ia menambahkan kalimat yang dianggapnya lelucon, berbunyi, "Bocah tiga tahun untuk dijual. 12 dolar AS atau penawaran terbaik."

Beberapa hari kemudian, pengawas dari Layanan Perlindungan Anak AS (CPS) telah muncul di tempat kerjanya. Ternyata, seorang pria yang tidak disebutkan namanya menyimak status Twitter McDaniel dan melaporkannya ke layanan darurat perlindungan anak Mississippi.

Pengawas CPS dan wakil sheriff setempat menyelidiki McDaniel atas dugaan terlibat perdagangan manusia, bahkan meminta putranya dijemput dari sekolah agar terhindar dari bahaya. McDaniel sampai harus menyewa pengacara untuk membersihkan namanya.

Para petugas mungkin mengabaikan humor dan betapa mustahilnya seorang ibu menjual anak sendiri hanya untuk 12 dolar AS. Namun, McDaniel mengaku salah dan menyebut dirinya mengerti mengapa CPS mengambil tindakan cepat tersebut.

"Setiap orang memiliki pekerjaan yang harus dilakukan dan saya tidak menyalahkan mereka karena melakukan apa yang mereka rasa harus dilakukan dalam kasus ini," ujar McDaniel, dikutip dari laman Daily Record.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement