REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) mendapat kesempatan untuk mengisi kuliah umum tentang batik di The Textile Museum of George Washington University pada awal Oktober 2017 lalu. Kegiatan tersebut digelar untuk memeriahkan Hari Batik Nasional yang diperingati setiap 2 Oktober.
KBRI mengundang NES by Helen Dewi Kirana, yang berkolaborasi dengan Batik Fashion Week, untuk mempresentasikan batik di Negeri Paman Sam tersebut. Mengusung tema besar "Reimagining The Past Through The Eyes of The Future" Indonesia mengangkat batik motif piring selampad yang menggambarkan filosofi keberagaman dan persatuan dari dua kebudayaan yang berbeda.
Dalam kesempatan itu, Indonesia juga menampilkan peragaan busana batik motif piring selampad dari NESbyHDK.
Presentasi Batik Fashion Week 2017 yang diwakili oleh Nadja dan Tafarrel di Washington DC dihadiri oleh pencinta dan pakar seni dari berbagai kalangan di Amerika. Mereka mengapresiasi seni batik dan bahkan meminta Batik Fashion Week untuk dapat mengadakan instalasi batik di museum tekstil George Washington University.
Batik sendiri telah ditetapkan sebagai warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation (UNESCO) pada 2 Oktober 2009.
Adapun Batik Fashion Week merupakan gerakan sosial yang memiliki misi utama melestarikan batik, khususnya di kalangan generasi muda. Batik Fashion Week terbentuk pada tahun 2015 dan diprakasai oleh Rafi Tohir.
"BFW merupakan perkumpulan yang terdiri dari anak-anak muda yang memiliki kepedulian akan kelangsungan hidup batik sebagai warisan budaya bangsa," ujarnya seperti dikutip dari keterangan pers diterima Republika.co.id. Setelah tampil di Washington DC, BFW 2018 akan digelar di Jakarta.