REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewasa ini pasar halal global menunjukkan pertumbuhan yang semakin kokoh. “Hal itu seiring dengan peningkatan kesejahteraan dan kesadaran konsumen Muslim untuk produk halal di berbagai negara,” kata Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) Dr Sapta Nirwandar kepada Republika.co.id, Kamis (5/10).
Sapta menambahkan, berdasarkan pengamatan di berbagai negara seperti Korea, Thailand, Singapura dan lain-lain, pertumbuhan industri halal di dunia rata-rata per tahun diperkirakan 20 persen yang menunjukkan bahwa industri halal merupakan salah satu segmen konsumen paling cepat berkembang secara global.
Bisnis yang berbasis ekonomi Islam ini tidak hanya berkembang pesat di negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam,tetapi juga di negara-negara yang memiliki sebagian penduduknya non-Muslim. “Kondisi tersebut membuat fenomena globalisasi halal ke negara-negara di Asia, Timur Tengah, Amerika dan Eropa termasuk di Indonesia,” ujarnya.
Sapta mengemukakan, dari perkembangan yang ada, industri halal kini memiliki jangkauan yang lebih luas. Ada 10 sektor halal lifestyle yang memberikan kontribusi besar dalam perekonomian global, yaitu industri keuangan, farmasi, makanan, produk kesehatan, kosmetik, pendidikan, media rekreasi, medical hingga sektor seni dan budaya, pariwisata dan fesyen. “Di masa depan, pasar industri halal dipercaya akan memiliki potensi besar untuk terus tumbuh dan berkembang,” tuturnya.
Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dengan komunitas dan penduduk Muslim terbesar di Asia. Ketika dunia bersiap untuk menyambut meningkatnya permintaan (demand) komunitas muslim di bidang ekonomi dan bisnis, maka saatnya bagi Indonesia untuk menunjukkan kepada dunia keunikan dan gaya hidup /lifestyle Muslim yang diwarnai oleh perbedaan budaya.
Namun hal itu tidaklah cukup untuk menjadikan Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Islam yang memiliki perkembangan ekonomi terbaik. “Pada saat ini Indonesia baru menduduki peringkat ke-10 dalam industri dan pasar halal dunia. Peringkat pertama diduduki oleh negara tetangga Malaysia,” paparnya.
Meskipun demikian Indonesia masih bisa opimistis, karena Indonesia memiliki beberapa sumber perekonomian yang belum tergarap secara serius. “Salah satunya adalah sektor pariwisata halal, yakni sektor pariwisata yang mengizinkan wisatawannya tetap menjalankan aturan dalam agama Islam selama melakukan kunjungan wisata dengan menyediakan berbagai kebutuhan yang menunjang ibadah,” tuturnya.
Menurut Sapta, halal lifestyle sebagai sebuah tren global dimaknai sebagai segala sesuatu yaang sesuai dengan ketentuan agama, mengandung kebaikan dan keselamatan, keadilan, menyehatkan dan mengandung aspek style di dalamnya. Terkait hal tersebut, Indonesia Halal Lifestyle Center akan menggelar The 2nd Indonesia International Halal Lifestyle Expo & Conference (INHALEC) ke-2 pada 19-21 Oktober 2017 di Balai Kartini, Jakarta. INHALEC didukung oleh MUI, MES dan berbagai pihak.
INHALEC merupakan event yang sudah berlangsung sejak 2016 dengan merangkul 10 sektor Halal Lifestyle tersebut. “Karenanya sudah seyogyanya acara ini didukung oleh semua pihak,” ujar Sapta Nirwandar.